Rabu, 10 April 2013

SBY Kembali Banggakan AD



JAKARTA — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kem­bali mengemukakan rasa bangga­nya, kepada prajurit TNI Angkatan Darat (AD). Sikap tersebut disam­paikan terlepas terkait pengungka­pan kasus penyerangan Lapas Kelas IEB Cebongan, Sleman.

"Khusus kasus Yogya, biarlah hukum dan keadilan bekerja. Meski, saya bangga dengan keju­jurannya," kata SBY usai melak­sanakan olah raga pagi bersama TNI AD di silang Monas, Selasa (9/4). Sehari setelah pelaku pe­nyerangan Lapas Cebongan di­umumkan TNI AD, SBY juga menyebut para penyerang kesa­tria karena mengakui kesalahan.  Ia meminta setiap prajurit mempertahankan nilai-nilai se­perti itu. Menurutnya, seiring waktu, terus terjadi perubahan dan persoalan yang harus dihadapi prajurit. Pemimpin dan prajurit TNI, kata Presiden, harus bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.

SBY mengatakan, tak jarang muncul bentrokan yang meli­batkan satuan-satuan di militer. Komandan Satuan mesti mema­hami persoalan serta peka dan peduli dengan apa yang terjadi di kesatuannya. Komentar SBY diamini Ke­pala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Pramono Edhie Wibowo. Menurutnya, kejujuran prajurit dengan berani bertang­gung jawab sudah sangat jarang dimiliki orang kebanyakan.

Penyerangan terhadap Lapas Cebongan terjadi Sabtu (23/3). Kala itu, sebelas prajurit dari Kopassus Grup II kandang Men­jangan Surakarta menerobos masuk lapas dan menembak mati empat tahanan. Mabes TNI AD mengatakan, tindakan para prajurit Kopassus didasari semangat korsa atau pem­belaan rekan satu korps. Keempat tahanan yang tewas ditembak adalah tersangka pengeroyokan yang menewaskan salah seorang anggota Kopassus di Hugo's Cafe, Yogyakarta.

Terkait aneka pujian terhadap TNI AD terhadap kasus Cebong­an, anggota Komisi II DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Budiaman Sujatmiko, tak sepakat. Ia menolak menyebut para prajurit Kopassus yang melakukan penye­rangan sebagai kesatria. "Me­nembak tahanan bukan tindakan kesatria," kata Budiman, Selasa. Masyarakat, ujar Budiman, harus disadarkan bahwa mengek­sekusi tahanan yang sudah lemah di dalam penjara bukanlah tin­dakan kesatria. Apalagi, seorang tahanan itu sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Budiman tak menampik terda­pat rasa frustasi masyarakat terkait penegakan hukum. Namun, masyarakat tetap harus diberi pendidikan, mana perbuatan yang benar dan mana yang salah.

Untuk mencegah premanisme kian marak, pemerintah harus meningkatkan pembangunan ekonomi untuk mengurangi peng­angguran. "Mereka terpaksa menjadi preman untuk memenuhi kebutuhan hidup."

Inisial

Detasemen Polisi Militer Ko­dam IV/ Diponegoro mengumum­kan 11 inisial nama para penyerang Lapas Cebongan, Se-lasa (9/4). "Oknum TNI yang men­jadi tersangka sebanyak 11 orang saat ini berada di Semarang untuk menjalani pemeriksaan," kata Kepala Penerangan Kodam IV/ Diponegoro Kolonel Widodo Ra-harjo di Semarang, Jawa Tengah. Inisial 11 tersangka kasus Cebongan tersebut masing-masing Sersan Dua (Serda) US, Serda SS, Sersan Satu (Sertu) S, Sertu TJ, Sertu AR, Sertu MRPB, dan Sertu HS. Selain itu, Serda IS, Kopral Satu K, Sersan Mayor R, serta Sersan Mayor MR.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap 11 petugas LP Cebongan di Yogyakarta dan telah diselesaikan. Menurut Widodo, 31 narapidana penghuni LP Cebongan juga akan diperiksa. Ia mengungkapkan 38 pe­nyidik ditugaskan dalam menun­taskan pemeriksaan kasus ini. Mereka berasal dari Detasemen Pusat Polisi Militer dan Detase­men Pusat Polisi Militer Kodam IV.  Setelah selesai penyidikan, berkas kasus ini akan dilimpah­kan ke Oditur Militer 11-11 Yog­yakarta. "Peradilan akan digelar terbuka, silakan masyarakat mengikuti."  antara ed: fitnyan zamzami. Sumber : Kompas hal.2, 10/04/13