Jakarta, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal
Pramono Edhie Wibowo meminta maaf kepada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP) atas kesalahan anak buahnya melakukan tindak kekerasan di kantor partai
tersebut. Permintaan maaf tersebut disampaikan kepada sejumlah pengurus pusat
partai tersebut dalam pertemuan di Markas Besar TNI di Cilangkap, Kamis (25/4).
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI-P
Megawati Soekarnoputri mengutus satu delegasi yang terdiri dari Mayjen Pol Purn Sidarto
Danusubroto, Letjen Pol Purn Muhammad Nurdin, Mayjen TNI Purn Tri Tamtomo,
Mayjen TNI Purn Adang Ruchiatna dan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Ahmad
Basarah, untuk menyampaikan protes secara resmi kepada pimpinan TNI.
Delegasi tersebut diterima oleh Panglima TNI
Laksamana Agus Suhartono, KSAD Pramono Edhie Wibowo, dan sejumlah pejabat teras
TNI lainnya di Mabes TNI di Cilangkap, Jakarta Timur.
"Nota protes tersebut kami sampaikan karena
tindakan oknum-oknum TNI AD telah melanggar yurisdiksi partai dan mengganggu
kewibawaan partai. Kami meminta kepada Pimpinan TNI untuk mengambil sikap tegas
sesuai hukum yang berlaku atas tindakan oknum TNI AD tersebut," ujar
Wasekjen PDIP Ahmad Basarah, Kamis (25/4), usai pertemuan tersebut, sebagaimana
dikutip Tribunnews.com.
Protes itu terkait dengan ulah 15 orang anggota TNI
AD dari Batalyon Zeni Konstruksi (Yon Zikon) yang melakukan pemukulan di dalam
area kantor DPP PDIP di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, pada Sabtu, 20 April
lalu, sekitar pukul 20.45.
Basarah menjelaskan, protes PDIP tersebut sebagai
bentuk koreksi terhadap pembinaan personil di jajaran TNI. Protes yang dilakukan,
imbuhnya, juga bagian dari sikap menyayangi insititusi TNI yang harus dijaga bersama
kewibawaannya di mata masyarakat, baik di dalam maupun luar negeri.
Dalam pertemuan tersebut, kata Basarah lagi.
Panglima TNI Agus Suhartono menyatakan menerima nota protes dari PDI Perjuangan
dan akan meningkatkan pengawasan dan pembinaan terhadap personil TNI.
"KSAD Pramono Edhie menyampaikan permohonan
maaf atas insiden yang melibatkan anak buahnya. Oknum TNI AD yang terlibat aksi
kekerasan di kantor DPP PDI Perjuangan sudah ditahan. Lima diantaranya akan
dilakukan proses hukum di peradilan militer karena terindikasi melakukan tindak
pidana," ujar Basarah.
PANGKAL PERKARA
Berdasarkan kronologi yang dirilis oleh Polda Metro
Jaya pada Minggu, 21 April lalu, keributan yang terjadi di Kantor DPP PDIP,
berawal dari senggolan sepeda motor yang dikendarai oleh beberapa oknum TNI
dengan warga di dekat kantor DPP PDIP.
Senggolan itu berujung
keributan. Warga sipil itu dipukul si oknum TNI, kemudian dia lari
menyelamatkan diri ke dalam areal kantor DPP PDIP selang beberapa waktu kemudian, datang gerombolan orang
berpakaian sipil memasuki pekarangan kantor partai itu.
"Saat mereka masuk dan memukul di pos penjagaan,
mereka berteriak dengan
kata-kata, 'saya anggota Brimob', dan setelah yang bersangkutan tertangkap dan
diinterogasi, barulah mengaku bahwa (mereka) adalah anggota TNI," kata
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes
Rikwanto, Minggu (21/4).
Saat kejadian, Ketua
Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sedang berada di kantor itu. Dua penyerbu itu, yang kemudian
diketahui bernama Praka TNI Juawadi dan Prada Rahmad (versi PDIP Pratu Junaedi
dan Pratu Rachmad) diamankan oleh ajudan Megawati Kapten TNI Suwadi Dan
keterangan dua orang yang diamankan itu diketahui bahwa gerombolan berpakaian
sipil sebanyak 15 orang itu adalah anggota TNI dari kesatuan Yon Zikon Srengseng Sawah, Jagakarsa. (put), Sumber Koran: Harian Pelita (26 April
2013/Jumat, Hal. 11)