Tuesday, 23 April 2013 08:29
JAKARTA - Maraknya tindakan
kekerasan yang melibatkan oknum TNI dinilai Ketua DPR, Marzuki Alie, sebagai
dampak dari reformasi. Tindakan itu merupakan protes prajurit TNI terhadap
produk-produk hasil reformasi.
"Saya menganalisis kenapa
kasus yang melibatkan prajurit TNI ini terus berulang. Saya juga menganalisa
kenapa kok yang diserang adalah lembaga-lembaga produk reformasi. Saya melihat
ini adalah bentuk kekecewaan TNI terhadap kondisi bangsa ini yang tidak juga
membaik setelah hampir 15 tahun reformasi," kata Marzuki, di Jakarta, tadi
malam.
TNI, menurutnya pascareformasi
selama ini sudah mundur ke barak dan membiarkan reformasi berjalan sendirian.
Faktanya, kata Marzuki, pemisahan Polri dari TNI yang merupakan produk
reformasi gagal menegakkan hukum.
"Polisi bermain di wilayah
yang sekelilingnya uang semua. Kasus Djoko Susilo dengan kekayaannya yang luar
biasa tentunya membuat marah prajurit sapta marga. Istilahnya, TNI puasa kamu
(Polri) berpesta pora," tegasnya.
Begitu juga dengan insiden
kekerasa di kantor PDIP. Berita-berita korupsi yang melibatkan partai politik
mendominasi. Sehingga partai politik yang merupakan komponen penting demokrasi
termasuk PDIP yang terlibat dalam reformasi tidak menjalankan apa yang menjadi
tujuan reformasi itu sendiri. "Penyerangan PDIP itu simbol saja akibat
ketidaksukaan TNI kepada parpol yang tidak amanah," imbuhnya.
Begitupun dengan penyerangan oleh
oknum TNI terhadap wartawan. Menurutnya, kebebasan pers yang dihasilkan
reformasi ternyata tidak berdampak pada kesejahteraan rakyat, malah kini banyak
media dikuasai oleh para pemilik modal untuk kepentingannya semata.
"Frekuensi televisi yang seharusnya digunakan untuk kepentingan rakyat
telah disalahgunakan untuk kepentingan-kepentingan pemiliknya saja,"
tegasnya.
Selain itu, preman juga semakin
merajalela. Mereka seperti bisa bertindak tanpa takut ditangkap oleh aparat.
Lapas pun dijadikan sarang peredaran narkoba di Indonesia yang merusak mental
generasi bangsa. "Coba saja lihat preman berani mengacung-acungkan senjata
di jalanan laksana koboi dan berani membunuh prajurit TNI. Ini sudah
keterlaluan," tegasnya.
Ditanyakan alasan mengapa menurut
analisanya TNI melakukan itu, Marzuki pun menjawab bahwa tidak ada ruang bagi
TNI untuk mengekspresikan diri mereka. Sementara, TNI sudah tidak tahan melihat
ketidakbenaran selama ini merajalela. "Jadinya yah itu mereka unjuk
kekuaasan bahwa mereka masih ada," tegasnya.
"Tidak mungkin ada prajurit
TNI berani bertindak sendirian tanpa ada komando. Mereka pasti diperintah oleh
atasannya. Prajurit TNI ketika masuk sudah dicekoki untuk mencintai NKRI, patuh
pada sistem komando, jadi sangat janggal mereka bergerak sendirian," kata
Waka Majelis Tinggi Partai Demokrat itu. Untuk itu, ia mengimbau agar ada
kesadaran bersama membangun bangsa ini sehingga semua rakyat bisa sejahtera
termasuk para prajurit TNI dan keluarganya. Sumber : www.waspada.co.id