Jakarta, Kementerian Pertahanan mempertimbangkan pengadaan
satelit komunikasi untuk membela negara dari serangan-serangan di dunia maya.
Kemhan saat ini juga sedang mempersiapkan infrastruktur teknologi lainnya
selain menyusun regulasi bagi pertahanan dunia maya di tengah meningkatnya
ancaman nonmiliter.
"Kalau soal anggaran, Kemhan mengantongi Rp 81
triliun. Jadi, pasti ada dana meski nanti tinggal dipikirkan bagaimana pengadaan
yang terbaik," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro seusai membuka
"Cyber Defence Contest",
Kamis (25/4), di Jakarta.
Saat ini, kata Purnomo, Sistem Informasi Ketahanan
Negara telah pula dihubungkan dengan Bina Graha. "Jadi, dari Bina Graha
dapat diketahui posisi-posisi kapal perang Indonesia," ujarnya.
Awal April 2013, dalam pertemuan antara Menhan dan
Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring terungkap berbagai
serangan terhadap situs dan sistem yang dikendalikan pemerintah. Tiga tahun
terakhir, Indonesia diserang sebanyak 3,9 juta kali di dunia maya.
Di dalam regulasi tersebut, kata Menhan, akan
diatur batasan-batasan dalam penanganan kasus. "Kepolisian memang ada,
tetapi kami akan membantu apabila ada serangan terhadap dunia maya yang
skalanya besar," ujar Purnomo.
Kemhan pun sedang mempersiapkan petugas penghubung
(liaison officer/LO) di setiap kementerian untuk memantau pergerakan-pergerakan
di dunia maya. "LO ini supaya kita cepat berkomunikasi dan segera memutuskan
tindakan tertentu," kata Menhan.
Menurut Purnomo, untuk keisengan belaka atau aksi
kriminal kecil tentu tidak akan ditangani TNI. "Namun, apabila sistem Jawa
diganggu sehingga terjadi pemadaman listrik total, Kemhan dan TNI akan turun
tangan," ujarnya.
Purnomo mengemukakan, perang yang akan terjadi
akan seperti di Korea Selatan di mana ada gangguan terhadap sistem beberapa
bank yang diduga disebabkan Korea Utara.
Selain membangun infrastruktur dan menyusun
regulasi, Kemhan juga sedang mempersiapkan sumber daya manusia yang andal.
"Salah satunya melalui kerja sama dengan Federasi Teknologi Informasi
Indonesia (FTII)," ujarnya.
Ketua Umum FTII Sylvia Su-marlin mengatakan sedang
mencari SDM yang ahli siber. "Berbasis open source, kami mendorong
kreativitas kaum muda untuk mengembangkan sistem pertahanan andal,"
ujarnya
Sylvia mengingatkan,
serangan terhadap infrastruktur penting dapat berpotensi melumpuhkan roda
perekonomian bagi masyarakat. "Kita harus jaga bersama infrastruktur di
area telekomunikasi, transportasi, keuangan, dan penyelenggaraan
layanan publik," katanya. (RYO), Sumber Koran: Indo Pos (26 April
2013/Jumat, Hal. 05)