Di tengah sorotan kepada TNI Angkatan Darat terkait kasus
pembunuhan di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, DI Yogyakarta, Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono mengikuti olahraga yang diadakan TNI AD di Lapangan
Monas, Jakarta, Selasa (9/4). Ia didampingi Ny Ani Yudhoyono, Wapres Boediono,
dan Ny Herawati Boediono. Kaus berkerah dengan lambang TNI AD di dada kiri
dikenakan sebagai seragam bersama 2.100 anggota TNI AD yang dipimpin Ke-.,
pala Staf TNI AD Jenderal Pra-mono Edhie Wibowo. Pramono adalah adik Ny Ani
Yudhoyono.
Ada pula Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo serta Panglima
TNI Laksamana Agus Suhartono. Meskipun berasal dari kesatuan lain, keduanya
kompak memakai kaus berkerah dengan lambang TNI AD. Komandan Jenderal Komando
Pasukan Khusus (Kopassus) Mayjen Agus Sutomo yang bersedia bertanggung jawab
atas perbuatan 11 penyerbu LP Cebongan juga ikut serta.
Setelah melakukan peregangan yang dipimpin instruktur senam,
Yudhoyono bersama rombongan berjalan mengelilingi area Lapangan Monas. Meskipun
bisa mendahului, ribuan anggota TNI AD berjalan pelan dan santai di belakang.
Dari Lapangan Monas, Yudhoyono melanjutkan perjalanan ke Markas
Besar TNI AD yang berjarak tidak lebih dari 1 kilometer dari Lapangan Monas.
Dengan keringat membasahi kaus, Yudhoyono memasuki gerbang disambut pasukan
kehormatan dan bunyi genderang.
Dalam sejarah TNI AD, baru kali ini Presiden mendatangi markas
mereka Selama ini, jika ada urusan dengan TNI AD, Presiden berhubungan lewat
Mabes TNI. Situasi saat ini rupanya sangat khusus. Hubungan Presiden dengan TNI
AD pasti lebih erat.
Dalam ramah tamah, Yudhoyono mengingatkan pejabat TNI AD
agar-selalu dekat dengan prajurit. Dengan selalu bersama-sama prajurit, komandan
dapat selalu mengetahui persoalan dan kesusahan prajurit. Alhasil, peristiwa
penyerbuan anggota TNI AD ke kantor instansi lain dapat dicegah.
"Kalau mayor dan letkol setiap hari dekat dengan mereka, tidak
mungkin mayor dan letkol itu tidak mengetahui apa yang terjadi di kesatuan
mereka, misalnya keganjilan berupa ngum-pul-ngumpul yang tidak wajar,"
ungkap Yudhoyono, yang pernah memimpin batalyon di Timor Timur beberapa
tahun.
Presiden mengakui, zaman telah berubah. Teknologi informasi dan
komputer sekarang sangat dominan dalam kehidupan masyarakat, tidak terkecuali
dalam kehidupan militer. Namun, jangan sampai kemajuan teknologi membuat
komandan tidak lagi mengenal dengan baik kehidupan prajurit yang dipimpinnya,
termasuk kesusahan keluarga prajurit. "Tidak dilarang menikmati teknologi
supaya jadi cerdas, tetapi bagaimanapun, fokus militer adalah memimpin anak
buah," kata Yudhoyono.
Yudhoyono lantas menceritakan, pada masa silam, seorang komandan
selalu dekat dengan prajurit. "Senam pagi bersama prajurit. Jam tujuh
apel. Jam dua siang apel. Pulang sore. Malam masih bermain gaple (dengan
prajurit). Berkumpul untuk mendengar cerita-cerita lucu mereka Mendengarkan
pengalaman keluarga mereka Dengan cara itu, saya bisa mengerti apa yang sedang
terjadi di kesatrian," paparnya.
Di akhir ramah tamah, Presiden minta para jenderal meneruskan
pesan kepada perwira menengah tentang pentingnya kedekatan dengan prajurit. Sepanjang
ramah tamah, tidak disinggung jiwa korsa Kopassus yang dikatakan jadi motif
pembunuhan di LP Cebongan. (A TOMY TRINUGROHO/K13). Sumber : Kompas hal.2,
10/04/13