Penulis : Kontributor Makassar,
Hendra Cipto | Selasa, 12 Maret 2013 | 22:43 WIB
MAKASSAR, KOMPAS.com -- Polisi
Militer Kodam (Pomdam) VII/Wirabuana turun tangan membantu penyidik Polrestabes
Makassar mengusut kasus peluru nyasar yang menewaskan bocah 14 bulan, Fathir
Muhammad. Keterlibatannya Pomdam VII Wirabuana, setelah hasil uji balistik Tim
Laboratorium Forensik (Labfor) Polda Sulselbar menyatakan peluru tersebut
berkaliber 30 mm dan merupakan buatan pabrikan.
Komandan Pomdam (Danpomdam)
VII/Wirabuana, Kolonel TNI Sucahyono dan Kapolrestabes Makassar Kombes Pol
Wisnu Sanjaja juga telah melakukan koordinasi terkait pengusutan kasus secara
bersama-sama.
"Danpomdam telah melakukan
komunikasi dengan Polrestabes Makassar. Rencananya besok, Rabu (13/03/2013) ada
pertemuan menyangkut kasus peluru nyasar itu," kata Kepala Penerangan
Kodam (Kapendam) VII/Wirabuana Kolonel TNI Yance Woley, Selasa (12/03/2013).
Yance menerangkan, keterlibatan
Pomdam, setelah penyidik kepolisian meminta bantuan pengusutan perihal asal
usul peluru dan pengungkapan pelaku penembakan yang menewaskan Fathir. Selain
itu, kerjasama tersebut untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan
bersama.
Terutama, jangan sampai ada
pihak-pihak yang melampiaskan kemarahan kepada orang yang tak tahu
permasalahan. "Peluru kaliber 30 mm yang menembus kepala Fathir merupakan
jenis dari peluru pistol revolver. Peluru kaliber itu tidak biasa digunakan
personel TNI," tegasnya.
Sebelumnya, telah diberitakan
Kompas.com, Fathir adalah putra bungsu dari tiga bersaudara buah hati pasangan
Fikar (23) dan Nur Hikmah (24), warga Jalan Baji Gau Raya, Nomor 3 F, Kecamatan
Mamajang, Makassar akhirnya meninggal dunia, Jumat (08/03/2013) dinihari.
Fikar pernah menceritakan, saat
kejadian, anak bungsunya tengah bermain dengan kakaknya, Putra (2) dan Fadel
(4), di depan televisi di rumahnya. Tiba-tiba terdengar suara letusan keras. "Awalnya
ibu Fathir bilang lampu yang meletus. Namun, keluarga kaget saat melihat kepala
Fathir mengeluarkan darah," ungkap Fikar beberapa waktu lalu.
Pasca-tertembaknya kepala Fathir,
awal Februari lalu, bayi tersebut sempat berpindah-pindah rumah sakit karena
peralatan minim. Terakhir, Fathir dibawa ke RSUP Wahidin Sudirohusodo untuk
menjalani operasi. Operasi pengeluaran proyektil peluru dari kepala Fathir yang
mengenai otak belakangnya tertunda beberapa kali karena kondisi kesehatannya
menurun.
Peluru di kepala Fathir berhasil
dikeluarkan pada Senin (18/2/2013). Namun Fathir meninggal dunia. Hingga kini
kasus peluru nyasar ini belum terungkap.