Senin, 25/03/2013 17:39 WIB
Surabaya - Sindikat produsen dan
pengedar uang palsu (upal) digulung. Salah satu anggotanya adalah oknum TNI AD
yang berdinas di Kodam III/Siliwangi. Sementara satu pelaku lain adalah guru
ngaji.
Oknum TNI itu adalah Peltu Sugito
dan guru ngaji bernama Sumali (40), warga Desa Kecamatan Bagor Kabupaten
Nganjuk. "Yang pertama tertangkap adalah Sumali," kata Kompol Suparti
kepada wartawan, Senin (25/3/2013).
Kasubbag Humas Polrestabes
Surabaya ini mengatakan, Sumali diamankan di tempat parkir lantai 3 City of
Tomorrow (Cito). Saat itu Sumali dipancing petugas yang ingin bertransaksi. "Dari
Sumali, kami mengamankan upal sebanyak Rp 44.300.000 dalam pecahan Rp 100
ribu," kata Suparti.
Dari mulut Sumali, petugas
mendapat nama Sugito yang dikatakan sebagai pembuat upal. Petugas yang bergerak
ke alamat Sugito segera menangkapnya. Dari rumah Sugito petugas menemukan upal
senilai Rp 20 juta pecahan Rp 100 ribu yang belum dipotong.
"Kami juga menyita peralatan
pembuat upal seperti kertas HVS dan printer," lanjut Suparti. Karena
Sugito adalah anggota TNI, maka polisi menyerahkan ke Kodam V/Brawijaya yang
akan mengurus penyerahan ke Kodam III/Siliwangi. "Pelaku mengaku baru
sekali ini memproduksi dan mengedarkan upal," tukas Suparti.
Dari pengamatan
detiksurabaya.com, upal yang diproduksi Sugito berkualitas sangat buruk. Upal
tersebut hanya diprinter saja tanpa diberi perlakuan lain. Selain tidak ada
benang pengaman, uang itu juga tidak dilengkapi watermark. Secara kasat mata,
orang langsung tahu jika itu upal, hanya dengan melihat warnanya yang amburadul
dan bentuknya yang kurang rapi. "Upal itu dijual dengan perbandingan
1:4," terang Suparti.
Dikatakan Suparti, Sugito
merupakan anggota yang sudah desersi selama 7 bulan. Selain bertetangga, Sugito
merupakan murid ngaji Sumali saat SMP. Suparti mengatakan, berdasarkan pengakuan
Sugito, Sumali menyuruh Sugito membuat upal. "Sugito mengatakan jika yang
membelikan printer untuk membuat upal adalah Sumali," jelas Suparti.
Kepada Sugito, Sumali mengatakan
jika uang itu akan dibawa ke orang pintar untuk dijadikan uang asli. Alasan
Sugito oleh polisi terlalu dibuat-buat. Padahal uang itu diedarkan oleh Sumali
di luar daerah. Karena hasil cetakannya jelek, uang itu diedarkan malam hari
agar tidak kentara. Sumber : www.detik.com