Selasa, 26 Maret 2013

Prajurit TNI Dibunuh yang Rugi Rakyat

Senin, 25 Maret 2013 09:24 wib
YOGYAKARTA - Perkataan Pangdam IV/Diponegoro, Mayjen TNI Hardiono Saroso, yang memperingatkan para preman agar tidak melukai aparat, mendapat dukungan dari banyak pihak.

Peringatan keras itu disampaikan Hardiono saat berkunjung ke LP Kelas IIB, Cebongan, Kabupaten Sleman, DIY, Sabtu, 23 Maret 2013, atau pascapenembakan terhadap empat tahanan. Pernyataan itu terkait dengan kematian anggota Intel Kodam IV/Diponegoro, Sertu Santosa. Korban ditikam dan dianiaya sekelompok orang di Hugo’s CafĂ©.

Budayawan sekaligus Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Yogyakarta, KH Abdul Muhaimin, mendukung pernyataan Pangdam.

“Pangdam IV/Diponegoro itu benar. Terlepas itu pernyataan politis atau diplomatis, yang namanya melukai orang, apalagi tentara sampai meninggal itu tidak bisa dibenarkan,” tegas Abdul Muhaimin kepada Okezone, Senin (25/3/2013).

Kata Muhaimin, mendidik seorang prajurit TNI membutuhkan biaya dan stamina besar. Sehingga, bila prajurit dibunuh tentu yang menanggung kerugian adalah masyarakat. Pasalnya, mendidik prajurit menggunakan uang rakyat.

Selain itu, lanjut dia, pembunuhan tersebut pastinya akan mengundang kemarahan rekan-rekan atau atasan almarhum. “Melihat anggota TNI yang tewas di tangan preman itu sepertinya mati sia-sia, wajar kalau ada kemarahan. TNI itu memang harus tegas dan kuat,” tegas Muhaimin. Sumber : www.okezone.com