Kamis, 28 Maret 2013 | 06:56 WIB
TEMPO.CO, Jakarta--Kepala Pusat Penerangan Tentara Nasional
Indonesia, Laksamana Muda Iskandar Sitompul membenarkan jika TNI memesan
amunisi pada PT Pindad. Menurut dia, amunisi yang dipesan dari perusahaan
tersebut berjenis kecil. "Amunisi kecil semua rata-rata dari Pidad,
seperti untuk peluru laras pendek, FN," katanya saat dihubungi, Rabu, 27
Maret 2013. (Lihat juga: PT Pindad Pastikan Bikin Peluru 7,62 Milimeter dan Asal-usul Peluru di Penjara Cebongan
Sleman)
Namun, kata Iskandar, tak semua amunisi kecil tersebut
dipesan pada perusahaan itu. Sebab, ada jenis peluru tertentu yang tak diproduksi
oleh Pindad. "Tapi saya tak hafal apa saja," ujar dia. Iskandar pun
tak mau menyebutkan jika peluru berkaliber 7,62 milimeter yang termasuk dalam
amunisi kecil juga mereka pesan dari Pindad. "Saya harus cek dulu,"
kata dia.
Dia juga tak mau menjelaskan bahwa Mabes memesan lebih dari
40 ribu butir kaliber 7,62 mm untuk senapan sniper/ runduk seperti yang
tercantum pada Rencana Pengadaan Alutsista Melalui Pinjaman Dalam Negeri Tahun
2010-2014. "Kalau itu langsung tanyakan pada Mabes," ujarnya.
Sebelumnya, polisi meyakini temuan proyektil di lokasi
penembakan di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, Yogyakarta adalah
proyektil kaliber 6,62 milimeter. "Sebanyak 31 selongsong dan 19 proyektil
yang ditemukan lokasi kejadian menunjukkan ukuran peluru 7,62 milimeter,"
kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat, Kepolisian Daerah Yogyakarta, Ajun
Komisaris Besar, Anny Pudjiastuti.
Pihak militer langsung menyatakan peluru yang biasa
digunakan di senjata laras panjang itu bukanlah milik TNI. "Setahu saya
itu sudah bukan standar TNI lagi," kata Kepala Badan Intelijen Nasional,
Marciano Norman di Istana Negara. Dugaaan beberapa kalangan peluru kaliber 7,62
mm biasa digunakan untuk senapan AK-47 buatan Uni Soviet.
Direktur Utama PT Pindad Adik Avianto Sudarsono memastikan
pihaknya memasok proyektil dari kaliber 7,62 milimeter untuk TNI. “Saya hanya
lihat dari televisi, sulit membuktikan apakah itu buatan Pindad atau bukan,”
ujar Adik. Dia mengistilahkan, peluru tidak mungkin 'berangkat' sendirian.
Artinya harus dilihat senjata apa yang digunakan.
“Kalau senjata laras panjangnya sudah ditemukan, baru
ketahuan buatan mana,” ucap Adik. Pindad dalam memproduksi senjatanya selalu
mencatumkan merk “Pindad”, namun tidak bagi proyektilnya. Sehingga ia
mengatakan tidak sulit untuk membuktikan senjata buatan Pindad, kecuali jika
merknya dihilangkan. Cek info penyerangan profesional penjara Cebongan, Sleman,
di sini. NUR ALFIYAH.Sumber:www.tempo.co