Minggu, 24 Maret 2013 - 19:34:05
AKSI penyerbuan ala pasukan elit
ke Lapas Sleman, membuat para menteri terkait bergerak cepat. Wakil Menteri
Hukum dan HAM Denny Indrayana mengaku telah berkomunikasi dengan Menkopolhukam
Djoko Suyanto. Djoko pun mengatakan telah berkomunikasi dengan Kepala Staf
Angkatan Darat Jendral Pramono Edhi Wibowo, untuk mengambil langkah
penyelidikan mencari penanggung jawab serangan. “Harus dipastikan siapa pelaku
insiden ini.
Dia harus bertanggung jawab dan
diproses hukum secara adil,” ujarnya. Denny membantah insiden itu disebabkan
pengamanan Lapas Kelas II B Sleman yang buruk. Itu terbukti dari upaya petugas
lapas untuk menahan para penyerang sebelum eksekusi. Soal dugaan pelaku adalah
anggota TNI, Denny menyatakan tidak ingin berspekulasi. Memang, hasil
pembicaraan dengan Menkopolhukam menunjukkan ada kecurigaan yang mengarah ke
salah satu kesatuan TNI. Namun, belum bisa dipastikan jika pelakunya anggota
TNI.
Denny tidak menampik adanya pihak
yang menduga jika Kopassus terkait dengan penyerangan tersebut. “Kebetulan yang
dibunuh itu anggota Kopassus, dan mereka (keempat korban) diduga sebagai
pelakunya,” lanjutnya. Denny juga belum bisa memastikan jenis senjata apa yang
dipakai pelaku. Status keempat tahanan itu adalah titipan dari Polda DI
Jogjakarta. Mereka belum genap sehari menghuni lapas tersebut. Keempat
tersangka itu dijerat dengan pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, usai menusuk
anggota Kopassus,
Sertu Santoso hingga tewas di
Hugo’s Cafe Sleman, 19 Maret lalu. Dalam laporan Kalapas Kelas IIB Sleman
Sukamto Harto yang diterima Kemenkum HAM, penyerangan itu dimulai sekitar 01.30
dini hari. Ada serombongan orang datang ke Lapas, lalu salah satu di antaranya
yang berpakaian rapi mengetuk pintu utama sambil menunjukkan surat dari Polda
DI Jogjakarta. Mereka meminta untuk masuk ke lapas, namun ditolak oleh
Supratino, petugas yang menjaga pintu. Mereka pun marah lalu menodongkan
senjata laras panjang dan granat.
Petugas akhirnya terpaksa membuka
pintu dan mendapati 17 orang masuk. Mereka lalu meminta kunci blok hunian.
Karena kunci dipegang kepala Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (KPLP) Margo
Utomo, para penyerang yang mengenakan penutup muka itu pun memaksa minta
diantar ke rumah dinas Margo. Petugas lapas hanya bisa pasrah karena todongan
sejata laras panjang. Sementara beberapa orang mengambil kunci, sejumlah
penyerang lain memaksa kepala jaga Lapas untuk menunjukkan ruang Kalapas dan
ruang monitoring CCTV.
Sesampainya di sana, para
penyerang memaksa petugas lapas untuk tiarap di bawah todongan senjata. KPLP
yang akhirnya datang dengan membawa kotak berisi kunci dipaksa untuk membuka
kotak tersebut. Tidak menunggu lama, para penyerang merebut dan memecahkan
kotak tersebut menggunakan popor senjata. KPLP sebenarnya sempat berupaya
menghubungi Kalapas IIB Sleman, namun ponselnya dirampas.
Setelah mendapatkan kunci, para
penyerang tersebut memaksa petugas jaga untuk menunjukkan lokasi penahanan
empat tersangka pembunuhan anggota Kopassus. Kemudian, usai membuka pintu sel
tempat mendekamnya keempat tersangka, staf jaga bernama Triwidodo itu didorong
ke belakang dan dipukul punggungnya menggunakan popor senjata.
Dia diminta untuk tiarap, dan
tidak lama kemudian terdengar serentetan letusan senjata. Usai menuntaskan
misinya, para penyerang tersebut langsung kabur menggunakan beberapa mobil yang
diparkir di depan Lapas. Selain menewaskan empat tersangka, para penyerang juga
melukai sedikitnya 8 petugas lapas. Seluruhnya dipukul menggunakan popor
senjata. Sebagian dilarikan ke RSUD Sleman untuk mendapat perawatan.
Sementara, Panglima Kodam IV
Diponegoro Mayor Jenderal TNI Hardiono Saroso menegaskan tidak ada anggotanya
yang terlibat penyerangan tersebut. Hal ini dipastikan setelah pihaknya
mengapelkan seluruh pasukan organik dan non organik yang berada dalam komando.
Terhadap penegasan dan kepastian tersebut, pangdam siap bertanggung jawab
penuh. “Bukan dari prajurit TNI.
Tidak ada prajurit yang terlibat.
Saya bertanggung jawab penuh sebagai Pangdam IV/Diponegoro,” katanya usai
upacara penutupan Dikmaba TNI AD Tahap I TA 2012 di Kodam IV/Diponegoro,
kemarin. Ditanya seandainya ada oknum TNI yang terlibat, Pangdam menegaskan
sikapnya yang tidak mau berandai-andai. “Tidak mungkin. Saya tidak mau
berandai-andai. Saya sudah cek semua pasukan.
Karena hasil penelitian tadi
malam, jaminan dari komandan satuan mereka. Semua mampu mengkondisikan semua
prajuritnya. Entry point-nya, penyerangan dilakukan oleh orang tak dikenal,”
tuturnya. Soal dugaan digunakannya senjata laras panjang dalam penyerangan
tersebut, ia memastikan itu bukan senjata milik TNI. “Banyak senjata beredar di
masyarakat baik laras pendek maupun laras panjang. Masak kalau ada penggunaan
senjata mesti itu TNI. Sekali lagi, tidak ada yang terlibat. Saya bertanggung
jawab penuh,” tegasnya.
Terhadap kejadian tersebut,
Pangdam berjanji akan membantu mencari pelaku penyerangan. "Kami akan
bantu cari pelakunya. Saya punya Tim Gultor (Penanggulangan Teroris), nih.
Jangan pernah ada lagi kekerasan terhadap TNI maupun Polri,” paparnya.
Dikemukakan, pada Rabu (19/3) ada dua anggota Kodam IV/Diponegoro yakni Sertu
Santoso dan Sertu Priyono yang sedang menjalankan tugas.
Kemudian satu dibunuh dan satunya
dibacok oleh preman. “Sejak kejadian itu kami cari pelaku dan sudah tertangkap.
Kami tegaskan di sini, jangan sampai ada lagi preman yang melukai tentara dan
polisi di wilayah Kodam IV Diponegoro yang meliputi Jateng dan DI Jogjakarta,”
katanya.(byu/dem/jpnn/che) Sumber: www.kaltimpost.co.id