Senin, 25 Maret 2013

Menteri Curiga, Pangdam Bantah



Minggu, 24 Maret 2013 - 19:34:05

AKSI penyerbuan ala pasukan elit ke Lapas Sleman, membuat para menteri terkait bergerak cepat. Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana mengaku telah berkomunikasi dengan Menkopolhukam Djoko Suyanto. Djoko pun mengatakan telah berkomunikasi dengan Kepala Staf Angkatan Darat Jendral Pramono Edhi Wibowo, untuk mengambil langkah penyelidikan mencari penanggung jawab serangan. “Harus dipastikan siapa pelaku insiden ini.

Dia harus bertanggung jawab dan diproses hukum secara adil,” ujarnya. Denny membantah insiden itu disebabkan pengamanan Lapas Kelas II B Sleman yang buruk. Itu terbukti dari upaya petugas lapas untuk menahan para penyerang sebelum eksekusi. Soal dugaan pelaku adalah anggota TNI, Denny menyatakan tidak ingin berspekulasi. Memang, hasil pembicaraan dengan Menkopolhukam menunjukkan ada kecurigaan yang mengarah ke salah satu kesatuan TNI. Namun, belum bisa dipastikan jika pelakunya anggota TNI.

Denny tidak menampik adanya pihak yang menduga jika Kopassus terkait dengan penyerangan tersebut. “Kebetulan yang dibunuh itu anggota Kopassus, dan mereka (keempat korban) diduga sebagai pelakunya,” lanjutnya. Denny juga belum bisa memastikan jenis senjata apa yang dipakai pelaku. Status keempat tahanan itu adalah titipan dari Polda DI Jogjakarta. Mereka belum genap sehari menghuni lapas tersebut. Keempat tersangka itu dijerat dengan pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, usai menusuk anggota Kopassus,

Sertu Santoso hingga tewas di Hugo’s Cafe Sleman, 19 Maret lalu. Dalam laporan Kalapas Kelas IIB Sleman Sukamto Harto yang diterima Kemenkum HAM, penyerangan itu dimulai sekitar 01.30 dini hari. Ada serombongan orang datang ke Lapas, lalu salah satu di antaranya yang berpakaian rapi mengetuk pintu utama sambil menunjukkan surat dari Polda DI Jogjakarta. Mereka meminta untuk masuk ke lapas, namun ditolak oleh Supratino, petugas yang menjaga pintu. Mereka pun marah lalu menodongkan senjata laras panjang dan granat.

Petugas akhirnya terpaksa membuka pintu dan mendapati 17 orang masuk. Mereka lalu meminta kunci blok hunian. Karena kunci dipegang kepala Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (KPLP) Margo Utomo, para penyerang yang mengenakan penutup muka itu pun memaksa minta diantar ke rumah dinas Margo. Petugas lapas hanya bisa pasrah karena todongan sejata laras panjang. Sementara beberapa orang mengambil kunci, sejumlah penyerang lain memaksa kepala jaga Lapas untuk menunjukkan ruang Kalapas dan ruang monitoring CCTV.

Sesampainya di sana, para penyerang memaksa petugas lapas untuk tiarap di bawah todongan senjata. KPLP yang akhirnya datang dengan membawa kotak berisi kunci dipaksa untuk membuka kotak tersebut. Tidak menunggu lama, para penyerang merebut dan memecahkan kotak tersebut menggunakan popor senjata. KPLP sebenarnya sempat berupaya menghubungi Kalapas IIB Sleman, namun ponselnya dirampas.

Setelah mendapatkan kunci, para penyerang tersebut memaksa petugas jaga untuk menunjukkan lokasi penahanan empat tersangka pembunuhan anggota Kopassus. Kemudian, usai membuka pintu sel tempat mendekamnya keempat tersangka, staf jaga bernama Triwidodo itu didorong ke belakang dan dipukul punggungnya menggunakan popor senjata.

Dia diminta untuk tiarap, dan tidak lama kemudian terdengar serentetan letusan senjata. Usai menuntaskan misinya, para penyerang tersebut langsung kabur menggunakan beberapa mobil yang diparkir di depan Lapas. Selain menewaskan empat tersangka, para penyerang juga melukai sedikitnya 8 petugas lapas. Seluruhnya dipukul menggunakan popor senjata. Sebagian dilarikan ke RSUD Sleman untuk mendapat perawatan.

Sementara, Panglima Kodam IV Diponegoro Mayor Jenderal TNI Hardiono Saroso menegaskan tidak ada anggotanya yang terlibat penyerangan tersebut. Hal ini dipastikan setelah pihaknya mengapelkan seluruh pasukan organik dan non organik yang berada dalam komando. Terhadap penegasan dan kepastian tersebut, pangdam siap bertanggung jawab penuh. “Bukan dari prajurit TNI.

Tidak ada prajurit yang terlibat. Saya bertanggung jawab penuh sebagai Pangdam IV/Diponegoro,” katanya usai upacara penutupan Dikmaba TNI AD Tahap I TA 2012 di Kodam IV/Diponegoro, kemarin. Ditanya seandainya ada oknum TNI yang terlibat, Pangdam menegaskan sikapnya yang tidak mau berandai-andai. “Tidak mungkin. Saya tidak mau berandai-andai. Saya sudah cek semua pasukan.

Karena hasil penelitian tadi malam, jaminan dari komandan satuan mereka. Semua mampu mengkondisikan semua prajuritnya. Entry point-nya, penyerangan dilakukan oleh orang tak dikenal,” tuturnya. Soal dugaan digunakannya senjata laras panjang dalam penyerangan tersebut, ia memastikan itu bukan senjata milik TNI. “Banyak senjata beredar di masyarakat baik laras pendek maupun laras panjang. Masak kalau ada penggunaan senjata mesti itu TNI. Sekali lagi, tidak ada yang terlibat. Saya bertanggung jawab penuh,” tegasnya.

Terhadap kejadian tersebut, Pangdam berjanji akan membantu mencari pelaku penyerangan. "Kami akan bantu cari pelakunya. Saya punya Tim Gultor (Penanggulangan Teroris), nih. Jangan pernah ada lagi kekerasan terhadap TNI maupun Polri,” paparnya. Dikemukakan, pada Rabu (19/3) ada dua anggota Kodam IV/Diponegoro yakni Sertu Santoso dan Sertu Priyono yang sedang menjalankan tugas.

Kemudian satu dibunuh dan satunya dibacok oleh preman. “Sejak kejadian itu kami cari pelaku dan sudah tertangkap. Kami tegaskan di sini, jangan sampai ada lagi preman yang melukai tentara dan polisi di wilayah Kodam IV Diponegoro yang meliputi Jateng dan DI Jogjakarta,” katanya.(byu/dem/jpnn/che) Sumber: www.kaltimpost.co.id