Senin, 25 Maret 2013 | 5:36
[JAKARTA] Penyerangan misterius
kelompok bersenjata di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cebongan, Sleman, dikecam
sejumlah elemen masyarakat. Salah satunya ratusan orang yang menamakan diri
Solidaritas Kemanusiaan Korban Pembantaian Yogyakarta (SIKAP 4 Jogja) menggelar
aksi solidaritas di Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (24/3).
Sekitar 250 orang yang berasal
dari sejumlah forum masyarakat NTT, seperti Forum Mahasiswa Pemuda Pembela
Kebenaran (Formada), Forum Pemuda Kupang Jakarta (FPKJ), dan Forum Komunikasi
Mataram (FKM) mengungkapkan solidaritasnya dengan menyalakan lilin. Selain itu,
mereka juga melakukan aksi teatrikal meniru empat korban yang tewas dalam
penyerangan itu, dan membawa keranda sebagai simbol matinya penegakan hukum di
Tanah Air.
Koordinator aksi, Yoyarib Mau,
menyatakan, pihaknya mengutuk keras peristiwa penembakan terhadap empat tahanan
tersebut. Penyerangan yang disebutnya sebagai pembantaian ini membuktikan
ketidakmampuan aparat penegak hukum dalam menjamin keamanan dan keselamatan
masyarakat.
Selain itu, pihaknya juga
mendesak pemerintah segera membentuk tim investigasi dan mengusut tuntas kasus
ini. "Kami mendesak aparat segera mengusut tuntas kasus itu agar hukum
rimba tidak berlanjut. Sebab, peristiwa bisa menimbulkan kekacauan
sosial," kata Yoyarib.
Lebih jauh, Yoyarib mengatakan,
jika hasil investigasi membuktikan adanya keterlibatan anggota militer
setempat, pihaknya menuntut agar Panglima Kodam IV/ Diponegoro untuk dicopot. "Apabila
terbukti ada yang terlibat, kami menuntut Pangdam IV/Diponegoro (Mayor Jenderal
TNI, Hardiono Saroso) untuk dicopot," tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama,
anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari Nusa Tenggara Timur (NTT), Sarah
Leri Mboeik menyatakan, keikutsertaannya dalam aksi ini bukan hanya karena
keempat napi yang menjadi korban adalah warga NTT, namun kehadirannya karena
pembantaian tersebut merupakan kejahatan kemanusiaan. "Saya hadir bukan
karena orang NTT yang terbunuh, tapi karena adanya kejahatan kemanusiaan yang
dilakukan terhadap warga sipil," kata Sarah dalam orasinya.
Sementara itu, anggota Komisi V
DPR, Laurens Hambang Dama, menyesalkan terjadinya penyerangan dan pembataian di
LP Cebongan. Pria asal NTT ini, melalui DPR, akan meminta dan mendesak presiden
untuk turun tangan menangani kasus ini. "Untuk kasus ini, DPR akan
mendesak pemerintah untuk menyelesaikan kasus ini," tegasnya.
Seperti diberitakan, dengan
mengenakan penutup kepala, rompi, dan berpakaian sipil, sekitar 17 orang
menyerang LP Cebongan, Sleman, pada Sabtu (23/3) dinihari. Para penyerang yang
mengaku anggota Polda DIY dengan menunjukan surat perintah, meminta kepada
untuk sipir untuk membawa empat orang, yakni Dicky Sahetapy, Dedi, Aldi, dan
Johan.
Keempatnya diketahui merupakan
tahanan titipan Polda DIY atas kasus tewasnya anggota Kopassus bernama Sertu
Heru Santoso, di cafe Hugos, beberapa hari sebelumnya. Sipir yang tidak segera membukakan pintu
karena harus meminta izin pimpinan LP, kemudian diancam dengan granat.
Setelah di dalam LP, para
penyerang melukai dua sipir, Widiatmoko (35), dan Nugroho Putro (30) yang menolak
menunjukan sel tempat empat tahanan itu. Dengan terpaksa, sipir kemudian
menunjukan sel keempat tahanan yang berada di 5A blok Anggrek. Para penyerang
kemudian mengeksekusi keempat tahanan dengan cara ditembak dari jarak dekat.
[F-5] Sumber: www.suarapembaruan.com