Tribunnews.com - Selasa, 12 Maret
2013 16:13 WIB
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tokoh
pembaharuan Dr Rizal Ramli mengaku prihatin dengan peristiwa pembakaran
Mapolres Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan yang dilakukan puluhan oknum
TNI, Kamis (7/3/2013).
"Hal itu bisa terjadi karena
ada arogansi kekuasaan, di mana satu institusi merasa lebih hebat dari
institusi lainnya," kata Rizal Ramli, dalam bincang-bincang dengan
wartawan di Jakarta, Selasa (12/3/2013).
Rizal yang juga Menko
Perekonomian di era Presiden Gus Dur mengatakan, tujuan pemisahan institusi
Polri dan TNI waktu itu adalah agar polisi Indonesia bisa seperti polisi
Inggris yang lebih manusiawi seperti polisi di Inggris.
"Maksud Presiden Gus Dur
waktu itu yang menggagas pemisahan Polisi dari ABRI adalah agar polisi
Indonesia lebih manusiawi seperti polisi di Inggris yang hanya dibekali senjata
pentungan, tapi sangat dihormati rakyat Inggris, karena tugasnya benar-benar
melindungi rakyat," ujar Rizal Ramli.
Menurutnya, Gus Dur berharap
polisi lebih sebagai pengayom masyarakat seperti polisi di Inggris, bukan
sebagai pasukan tempur, yang seharusnya diemban TNI. "Tapi yang terjadi
justru polisi merasa sebagai kekuatan hebat (super power) sehingga timbul
kecemburuan. Apalagi polisi langsung dibawah Presiden," katanya.
Ekonom senior pendiri Econit itu
mengatakan Polri perlu melakukan reformasi seperti tidak usah lagi dibawah
Presiden tapi cukup dibawah Mendagri. Dengan demikian wajah polisi bukan lagi wajah komando yang garang
seperti tentara, tapi harus berwajah sipil yang mengayomi dan tidak congkak.
Mantan Kabulog itu juga berharap
tentara juga harus dididik agar bermental tidak seperti remaja nakal, tapi
justru lebih profesional dan mandiri dalam mengemban tugas mulia untuk menjaga
dan mempertahankan kadaulatan Indonesia dari serangan musuh.