Rabu, 20 Maret 2013

Raja Santiago Jadi Obyek Penelitian Ekspedisi NKRI



Penulis : Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol | Selasa, 19 Maret 2013 | 23:28 WIB

MANADO, KOMPAS.com — Tim Sosial Budaya Ekspedisi NKRI 2013 Koridor Sulawesi Sub Korwil Sangihe yang berjumlah 14 personel dan merupakan gabungan TNI, Polri, dan mahasiswa melakukan kegiatan penelitian dan observasi awal di Desa Karatung, Kecamatan Manganitu, Kabupaten Sangihe, Selasa (19/3/2013).

Di bawah pimpinan Komandan Tim (Dantim) Letda CTP Ricky Yakup, peserta meneliti sejarah keberadaan Raja Santiago yang merupakan pahlawan bagi masyarakat Sangihe. "Nama Raja Santiago dipakai juga sebagai nama Korem 131/Santiago Manado," ujar bagian penerangan Ekspedisi Sub Korwil Sangihe, Mayor Inf Daroji.

Dari penelusuran diketahui bahwa Santiago menjadi Raja Manganitu pada tahun 1670-1675 M. Santiago oleh pemerintahan Portugis pernah disekolahkan di Filipina. Dia diangkat menjadi Raja Manganitu ke-tiga oleh ayahnya.

Walau disekolahkan oleh Portugis, Santiago menolak bekerja sama dengan salah satu penjajah Manganitu itu. "Ia dikenal sangat cinta tanah air, dan menolak penjajahan karena dianggap akan menguasai hasil bumi serta akan memusnahkan adat Sangihe," ujar Letda Ricky.

Atas perlawanannya tersebut, Santiago lalu melawan bangsa Portugis. Dengan hanya menggunakan senjata tradisional, Santiago memimpin rakyatnya mengadakan perlawanan. Santiago mati digantung di atas tiang pada tahun 1675 M sewaktu Belanda telah menguasai Sangihe. "Keberanian Santiago inilah yang membuat sosoknya dipandang sebagai seorang pahlawan bagi rakyat Sangihe," tambah Ricky.

Sementara itu, Mayor Daroji mengatakan bahwa selama 4 bulan ke depan peserta ekspedisi tetap akan berada di Pulau Sangihe untuk melanjutkan berbagai kegiatan, di antaranya melakukan survei keanekaragaman hayati dan kegiatan kewilayahan lainnya.