Jakarta, Pemimpin
gereja di Tanah Papua meminta pemerintah dan aparat keamanan segera kembali ke
cita-cita awal pendiri negara ini. Aparat diminta mengungkap dan menghentikan
penjualan senjata dan amunisi secara ilegal yang sedang terjadi di Tanah
Papua. Demikian permintaan Forum Kerja Pimpinan Gereja Papua yang dikeluarkan
Ketua Sinode KINGMI Papua, Pdt Dr Benny Giay dan Ketua Umum Badan Pelayan Pusat
Persekutuan Gereja-gereja Baptis Papua, Socratez Sofyan Yoman yang disampaikan
kepada SH di Jakarta, Rabu (6/3).
Kapolda Papua dianggap gagal mengungkap aktor-aktor kekerasan
di Tanah Papua dan terkesan membiarkan penjualan senjata secara ilegal. Kami
mendesak Kapolda Papua menindaklanjuti pernyataan Kapolda Irjen Bekto Suprapto
pada Desember 2010 untuk mengungkap pemasok senjata ilegal di Tanah Papua.
Pemimpin gereja di Tanah Papua prihatin bahwa kekerasan
negara terus terjadi di Papua. Kenyataan ini membuktikan pemerintah dan aparat
keamanan Indonesia di Papua telah gagal melindungi penduduk orang asli Papua
Selain meminta menghentikan penjualan senjata ilegal, pemerintah Indonesia
segera membuka diri terhadap pesan-pesan profetis gereja, 11 rekomendasi MRP
9-10 Juni 2010, dan seruan anggota PBB dalam Sidang HAM 23 Mei 2012.
Mereka juga menilai pemerintah sangat diskriminatif menyikapi
aspirasi rakyat Papua dalam hal dialog damai. Untuk itu, mereka meminta adanya
dialog damai yang setara antara Indonesia dan Papua tanpa syarat serta
dimediasi pihak ketiga yang netral seperti yang telah dilakukan dengan GAM di
Aceh.
Selain itu, mereka meminta pemerintah membebaskan seluruh
tahanan politik di Papua tanpa syarat dan membuka akses untuk kunjungan pelapor
khusus PBB, wartawan asing, pekerja kemanusiaan untuk berkunjung ke Papua.
Mengenai peristiwa penembakan dan pembunuhan anggota TNI
dan warga Sipil yang terjadi di Distrik Sinak, Kabupaten Puncak dan di Distrik
Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya pada 21 Februari 2013 dianggap tidak hanya
berhubungan dengan pemilihan Bupati Kabupaten Puncak. Hal ini juga merupakan
bagian dari kebijakan negara untuk pembangunan infrastruktur TNI dan Polri di
pegunungan dalam rangka memperkuat peresmian Kodim 1714 Puncak Jaya, meningkatkan
anggaran belanja aparat keamanan, dan mengkriminalisasi perjuangan damai
rakyat Papua di tingkat komunitas internasional.
Sementara itu, sumber SH mengatakan, penjualan senjata dan
amunisi di Papua sudah menjadi pengetahuan umum. Bahkan, ada banyak pejabat
sipil yang memiliki senjata. "Bagaimana aparat menjamin senjata itu tidak
jatuh ke tangan yang salah. Bukan tidak mungkin senjata yang digunakan di
sana merupakan senjata seperti itu. Siapa yang pasok senjata dan amunisi?
Padahal, setiap tahun pejabat keamanan mengungkapkan, ada sekian senjata yang
disita. Kok tidak habis-habis?" ia menjelaskan. (Daniel Tagukawi), Sumber
Koran: Sinar Harapan (06 Maret 2013, Hal. 02)