Rabu, 13 Maret 2013

Konflik Diduga akibat Rebutan Lahan



Rabu, 13 Maret 2013 | 23:51:40 WITA | 25 HITS

PALEMBANG,FAJAR -- Bentrok TNI vs Polisi di Ogan Ko mering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, diduga ada pembiaran dalam penyelesaian. Pasalnya, peristiwa bentrokan pada 7 Maret 2013 bukan pertama kali, tapi sebelumnya sudah dua kali terjadi ketegangan.

’’DPD RI merasa perihatin atas kejadian itu, tentunya keamanan masyarakat juga akan terganggu. Apalagi bentrok itu bukan pertama kali, melainkan sudah ketiga kalinya memanas antara TNI dan Polisi,’’ ucap Wakil Ketua DPD RI Laode Ida saat mengunjungi korban penyera ngan oleh oknum TNI di RS Bhayangkara, Pa lembang, Senin (11/03).

Menurutnya, bentrok itu tidak jauh akibat persoalan ’perebutan lahan’. Lantaran di era-reformasi sekarang ini, kaplingnya TNI banyak yang diambil alih Polisi, dan mungkin semua masyarakat sudah mengetahui ini.

’’Namun itu harus dibuktikan terlebih dahulu kebenaranya. Kami juga berharap peristiwa itu harus diperiksa secara mendalam dan tendensinya apa? Sehingga bisa terjadi bentrokan,’’ terangnya. Untuk itu, tambah dia, perlu di lakukan perubahan struktur di TNI khususnya di Angkatan Darat tidak seperti struktur di da lam Polri.

Artinya, TNI tidak per lu terdapat Kodam, Korem, Kodim, dan Koramil sebab hal itu hanya membuat TNI tidak fungsional. ’’Itu tidak fungsional. Justru akan menjadi beban, karena struk tur itu tidak memiliki fungsi jelas. Sebab fungsi utama TNI ada lah menjaga kedaulatan nega ra. Ini yang harus dipikirkan,’’ ka ta Senator asal Provinsi Su lawe si Tenggara itu.

Selain itu, tidak hanya TNI, struk tur Polisi juga harus dibatasi. Lantaran saat ini tugas dan fungsinya Polisi sebagai keamanan tidak ada. Sekarang ini, Polisi justru fokus kepada kasus korupsi, pengaturan lalu lintas, dan SIM.

’’Kalau untuk pengaturan lalu lintas, seharusnya tugas seperti itu, biarlah Dinas Perhubungan yang mengurus. Jadi tugas utama Polisi adalah menjaga ketertiban masyarakat,’’ tegas wakil ketua DPD itu. Sedangkan untuk objek vital, lanjutnya, baru menjadi tugas bersama antara TNI dan Polisi.

Untuk struktur fungsi dan tugasnya biarlah Kementerian Dalam Negeri yang mengaturnya. ’’Itu yang seharusnya diperhatikan. Struktrur TNI tidak boleh sama dengan Polisi. Dan kapling Polisi juga harus dibatasi,’’ papar Laode.

Sementara itu, dua polisi yang terluka saat penyerangan anggota TNI di OKU kini berangsur membaik. Salah satunya, Kepala Po lisi Sektor Martapura, Komisaris Polisi Ridwan yang sebelumnya mengalami luka serius di sekitar wajahnya.

’’Kejadian itu secara tiba-tiba, me reka langsung menyerang kami. Saya sempat jatuh akibat di tendang, bangun, dan jatuh la gi. Untungnya ada masyarakat yang bantu saya,’’ ujarnya. Ridwan mengatakan, sebenarnya malam sebelum terjadinya insiden pada 7 Maret lalu, oknum TNI juga sempat datang dan merusak Polsek Martapura. Ka rena itu, pihaknya meminta bantuan kepada Koramil untuk berjaga. ’’Sebenarnya akhir-akhir ini sudah kondusif. Na mun ternyata kayak gini,” cetus dia.

Selain itu, Ridwan menjelaskan, pihaknya bersama Kapolres OKU timur dan OKU Induk ju ga sempat mengunjungi keluar ga Pratu Heru Oktavianus, ang gota Yon Armed 76/15 Tarik Martapura yang merupakan kor ban penembakan oleh oknum Polisi sebagai bentuk kepe rihatinan. “Kemarin pas tu juh hari meninggalnya Pratu Heru Oktavianus, kami datang kediamannya,” tuturnya.