Penulis : Sandro Gatra | Kamis, 7 Maret 2013 | 15:28 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Aparat Tentara Nasional Indonesia
(TNI) dan Polri dinilai telah memberikan contoh yang sangat buruk kepada
masyarakat. Seharusnya, aparat TNI dan Polri saling bekerja sama menjaga
keamanan dan pertahanan, bukan bertikai.
Kritikan itu disampaikan anggota Komisi I Dewan Perwakilan
Rakyat dari Fraksi Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf dan Fraksi Partai
Golkar Nurul Arifin secara terpisah, Kamis (7/3/2013), menyikapi pembakaran
Markas Polres Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, oleh sekelompok
anggota TNI pagi tadi.
Menurut Kepolisian, awalnya akan ada aksi damai terkait
kasus anggota TNI Pratu Heru yang tertembak beberapa waktu lalu oleh anggota
Polres OKU. Namun, aksi kemudian tidak terkendali. Beberapa polisi terluka. "Sungguh sangat prihatin dan menyesalkan kejadian ini.
Dua institusi ini yang seharusnya memberikan keamanan kepada masyarakat, tapi
malah melakukan kekerasan di depan masyarakat," kata Nurul ketika
dihubungi.
Nurhayati juga mengaku prihatin atas peristiwa itu lantaran
menyangkut harkat dan martabat negara. Peristiwa tersebut, menurut dia,
menunjukkan masih tingginya ego sektoral masing-masing institusi.
Nurul dan Nurhayati mendesak agar kedua institusi itu
mengusut tuntas akar masalah dan melakukan tindakan tegas kepada siapa saja
yang terlibat tindak pidana itu. Tindakan tegas diperlukan agar peristiwa
serupa tidak terulang. "Jika ada pelanggaran hukum yang menyangkut anggotanya,
sebaiknya diselesaikan menurut mekanisme hukum di pengadilan agar tidak
menimbulkan ketidakpuasan dan pengadilan jalanan seperti ini," pungkas
Nurul. Sumber: www.kompas.com