Bisa Muntahkan 3 ribu Peluru Per
Menit. Vidia terlihat antusias mengunjungi setiap stand di Jakarta Convention
Center (JCC) Senayan. la berdecak kagum melihat peralatan militer yang
dipamerkan di ajang itu. Tak mau melewatkan kesempatan ini, dia pun berfoto
dengan di dekat peralatan militer.
"Ternyata Indonesia memiliki
banyak produksi peralatan pertahanan," ujarnya mahasiswi Universitas
Pertahanan Indonesia ini. Bersama 149 mahasiswa lainnya, Vidia berangkat dari
kampus mereka di Salemba ke tempat pameran dengan bus sewaan.
Marzuki yang bertugas di Dinas
Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang) TNI AD tampak serius mengamati kostum
yang dipajang stand Badan SAR Nasional (Basarnas). Menurut dia, tugas anggota
Basarnas yang membantu warga yang terkena bencana, sangat mulia.
"Tugas mereka (anggota Basarnas)
pasti mendapat pahala," papar Marzuki sembari menandatangani buku tamu di
stand Basarnas.
Pameran ini merupakan bagian dari
kegiatan Jakarta International Defense Dialogue 2013. Dibuka oleh Presiden
SBY Rabu, 20 Maret 2013, forum dialog yang dihadiri perwakilan negara-negara
di Asia Pasifik mengambil tema "Pertahanan dan Diplomasi".
Kegiatan yang hanya berlangsung
dua hari ini digelar Kementerian Pertahanan bekerja sama dengan Kementerian
Luar Negeri dan Institut Perdamaian Internasional atau International Peace
Institute (IPI).
Kemarin, merupakan hari terakhir
JIDD. Sekaligus hari penutupan pameran. Pengamatan Rakyat Merdeka, suasana di
arena pameran makin ramai menjelang sore.
Pameran ini menampilkan 30 stand
yang memajang peralatan teranyar TNI, Polri maupun produk termutakhir industri
persenjataan. Tak sembarang orang bisa melihat pameran ini. Hanya mereka yang
mendapat undangan saja yang bisa masuk ke arena pameran . Sebelum masuk,
undangan ditukar dengan kartu pengenal.
"Ini acara undangan terbatas,
tamunya tidak hanya dalam negeri, tapi dari negara-negara seAsia
Pasifik," papar Oky yang bertugas meladeni undangan yang ingin melihat
pameran.
Loket penukaran kartu identitas
itu berada sekitar sepuluh meter di sebelah kiri pintu masuk lobby JCC. Setelah
mendapatkan kartu tersebut, barulah dapat melihat pameran.
Untuk memasuki lokasi pameran,
para pengunjung diwajibkan melalui prosedur keamanan layaknya di bandara.
Setiap orang harus melewati pendeteksi logam. Barang bawaan juga diperiksa
dengan detektor.
Memasuki
lokasi pameran, pengunjung langsung disuguhkan stand Kementerian Pertahanan.
Isinya, beragam senjata andalan TNI di darat, laut, dan udara
Onny Setyo prajurit TNI AD
terlihat serius menjelaskan senjata-senjata yang dimiliki angkatan terbesar
ini. Yang paling mencolok adalah Gatlink Gun Kaliber 7,62 mm. Senjata mesin itu
dapat memuntahkan 3.000 butir peluru per menit. Senjata otomatis itu bisa
dipasang di berbagai kendaraan militer, mulai dari mobil patroli, panser, truk
hingga helikopter.
Menurut Onny, Gatlink ini belum
pernah dipakai TNI AD. Yang dipamerkan di sini adalah prototipenya. Senjata
yang diproduksi PT Pindad itu masih di ujicoba oleh Dislitbang TNI AD.
"Karena masih uji coba jumlahnya baru dua," papar Onny.
Selain Gatlink Gun, di stand ini
ditampilkan mortir kaliber 81 mm dan pesawat otomatis rotasi wing berukuran
30cm persegi. Pesawat nirawak ini dipakai untuk pengintaian.
Polri
pun tidak ingin ketinggalan memamerkan peralatan yang dimilikinya. Korps
Bhayangkara mengerahkan 26 orang untuk menjaga di stand yang menampilkan
kendaraan trail roda dua, kostum anggota Polri, miniatur kendaraan taktis
polisi, hingga robot penjinak bom.
Telemax, peralatan teranyar yang
dimiliki Polri juga dipamerkan. Telemax adalah robot pendeteksi benda
mencurigakan seperti bom. Robot yang dikendalikan dari jauh ini terlihat
wara-wiri di stand berukuran 10x10 meter persegi itu. Robot berdimensi 50 cm
persegi itu memiliki lengan pencapit untuk mengidentifikasi benda
mencurigakan.
Aditya, anggota Polri yang menjaga
stand menjelaskan Telemax belum pernah dioperasikan. Robot buatan Jerman itu
dua bulan lalu tiba di Indonesia. "Masih pakai yang lama, bentuknya
lebih kecil," terangnya.
Pantauan Rakyat Merdeka, luas
arena pameran itu hanya sekitar separuh lapangan bola. Arena pameran didesain
seefisien mungkin hingga dapat menampung puluhan stand. Mayoritas stand
menyajikan peralatan yang dipakai lembaga pertahanan dan keamanan.
Sepuluh perusahan yang bergerak
di industri pertahanan turut memamerkan produknya. Di antaranya, Len Industri
Persero (defence elektronik), Palindo, Marine Pai Indonesia. PT Saba Wijaya
Persada yang menjalin kerja sama dengan Kementerian Pertahanan juga menampilkan
produk-produknya mulai dari helm, jaket, hingga rompi anti peluru. Peralatan
itu dipakai anggota militer.
Yuda, penjaga stand menyatakan,
pakaian anti peluru yang diproduksi perusahaannya menggunakan serat aramit.
Serat ini mampu menahan peluru senapan laras pendek. Lantaran dilengkapi
pelindung, pakaian ini berbobot tiga kilogram.
"Yang menggunakan hanya TNI
dan Polri. Tidak dijual untuk umum," katanya. (bsh), Sumber Koran: Rakyat Merdeka (22 Maret 2013/Jumat, Hal. 03)