Jumat, 22 Maret 2013

Senjata Teranyar TNI Dipamerkan di Senayan

Bisa Muntahkan 3 ribu Peluru Per Menit. Vidia terlihat antusias mengunjungi setiap stand di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan. la berdecak kagum melihat peralatan militer yang dipamerkan di ajang itu. Tak mau melewatkan kesempatan ini, dia pun berfoto dengan di dekat peralatan militer.

"Ternyata Indonesia memi­liki banyak produksi peralatan pertahanan," ujarnya mahasiswi Universitas Pertahanan Indonesia ini. Bersama 149 mahasiswa lain­nya, Vidia berangkat dari kam­pus mereka di Salemba ke tempat pameran dengan bus sewaan.

Marzuki yang bertugas di Di­nas Penelitian dan Pengemba­ngan (Dislitbang) TNI AD tam­pak serius mengamati kostum yang dipajang stand Badan SAR Nasional (Basarnas). Menurut dia, tugas anggota Basarnas yang membantu warga yang terkena bencana, sangat mulia.

"Tugas mereka (anggota Ba­sarnas) pasti mendapat pahala," papar Marzuki sembari menandatangani buku tamu di stand Basarnas.

Pameran ini merupakan bagian dari kegiatan Jakarta Internatio­nal Defense Dialogue 2013. Di­buka oleh Presiden SBY Rabu, 20 Maret 2013, forum dialog yang dihadiri perwakilan negara-nega­ra di Asia Pasifik mengambil tema "Pertahanan dan Diplomasi".

Kegiatan yang hanya berlang­sung dua hari ini digelar Kementerian Pertahanan bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri dan Institut Perdamaian Internasional atau International Peace Institute (IPI).

Kemarin, merupakan hari ter­akhir JIDD. Sekaligus hari penu­tupan pameran. Pengamatan Rak­yat Merdeka, suasana di arena pa­meran makin ramai menjelang sore.

Pameran ini menampilkan 30 stand yang memajang peralatan teranyar TNI, Polri maupun pro­duk termutakhir industri persen­jataan. Tak sembarang orang bisa melihat pameran ini. Hanya me­reka yang mendapat undangan saja yang bisa masuk ke arena pa­meran . Sebelum masuk, undangan ditukar dengan kartu pengenal.

"Ini acara undangan terbatas, tamunya tidak hanya dalam ne­geri, tapi dari negara-negara seAsia Pasifik," papar Oky yang bertugas meladeni undangan yang ingin melihat pameran.

Loket penukaran kartu iden­titas itu berada sekitar sepuluh meter di sebelah kiri pintu masuk lobby JCC. Setelah mendapatkan kartu tersebut, barulah dapat melihat pameran.

Untuk memasuki lokasi pame­ran, para pengunjung diwajibkan melalui prosedur keamanan la­yaknya di bandara. Setiap orang harus melewati pendeteksi logam. Barang bawaan juga diperiksa dengan detektor.

Memasuki lokasi pameran, pengunjung langsung disuguhkan stand Kementerian Pertahanan. Isinya, beragam senjata andalan TNI di darat, laut, dan udara
Onny Setyo prajurit TNI AD terlihat serius menjelaskan sen­jata-senjata yang dimiliki angkatan terbesar ini. Yang paling mencolok adalah Gatlink Gun Kaliber 7,62 mm. Senjata mesin itu dapat memuntahkan 3.000 butir peluru per menit. Senjata otomatis itu bisa dipasang di berbagai kendaraan militer, mulai dari mobil patroli, panser, truk hingga helikopter.

Menurut Onny, Gatlink ini be­lum pernah dipakai TNI AD. Yang dipamerkan di sini adalah prototipenya. Senjata yang di­produksi PT Pindad itu masih di ujicoba oleh Dislitbang TNI AD. "Karena masih uji coba jumlah­nya baru dua," papar Onny.

Selain Gatlink Gun, di stand ini ditampilkan mortir kaliber 81 mm dan pesawat otomatis rotasi wing berukuran 30cm persegi. Pesawat nirawak ini dipakai untuk pe­ngintaian.

Polri pun tidak ingin ketingga­lan memamerkan peralatan yang dimilikinya. Korps Bhayangkara mengerahkan 26 orang untuk menjaga di stand yang menam­pilkan kendaraan trail roda dua, kostum anggota Polri, miniatur kendaraan taktis polisi, hingga robot penjinak bom.
Telemax, peralatan teranyar yang dimiliki Polri juga dipamer­kan. Telemax adalah robot pendeteksi benda mencurigakan se­perti bom. Robot yang dikendalikan dari jauh ini terlihat wara-wiri di stand berukuran 10x10 meter persegi itu. Robot berdi­mensi 50 cm persegi itu memiliki lengan pencapit untuk meng­identifikasi benda mencurigakan. 

Aditya, anggota Polri yang menjaga stand menjelaskan Telemax belum pernah dioperasi­kan. Robot buatan Jerman itu dua bulan lalu tiba di Indonesia. "Ma­sih pakai yang lama, bentuknya
lebih kecil," terangnya.

Pantauan Rakyat Merdeka, luas arena pameran itu hanya sekitar separuh lapangan bola. Arena pameran didesain seefisien mungkin hingga dapat menam­pung puluhan stand. Mayoritas stand menyajikan peralatan yang dipakai lembaga pertahanan dan keamanan.

Sepuluh perusahan yang ber­gerak di industri pertahanan turut memamerkan produknya. Di antaranya, Len Industri Persero (defence elektronik), Palindo, Marine Pai Indonesia. PT Saba Wijaya Persada yang menjalin kerja sama dengan Kementerian Pertahanan juga menampilkan produk-produknya mulai dari helm, jaket, hingga rompi anti pe­luru. Peralatan itu dipakai ang­gota militer.

Yuda, penjaga stand menya­takan, pakaian anti peluru yang diproduksi perusahaannya meng­gunakan serat aramit. Serat ini mampu menahan peluru senapan laras pendek. Lantaran dilengkapi pelindung, pakaian ini berbobot tiga kilogram.

"Yang menggunakan hanya TNI dan Polri. Tidak dijual untuk umum," katanya. (bsh), Sumber Koran: Rakyat Merdeka (22 Maret 2013/Jumat, Hal. 03)