Jakarta, Paling
rentan jadi korban perilaku menyimpang dari situasi perang bersaudara di Kongo
adalah anak-anak di bawah umur. Prajurit pasukan perdamaian dunia dari TNI
yang tergabung dalam Satgas Kompi Zeni TNI Konga XX-J/Minusco diminta proaktif
memberikan perlindungan, apalagi saat menghadapi milisi yang masih anak-anak.
"Jika ada kesempatan untuk menyelamatkan mereka
(milisi anak-anak), hal itu harus dilaksanakan sepanjang tidak membahayakan
keselamatan sendiri," ujar Child Protection Section Monusco asal Pantai
Gading, Mr Agqua Maqloire saat memberi pembekalan hukum perlindungan anak di
Markas Konga Bumi Nusantara, Dungu, Kongo, Rabu (13/3).
Kedatangan perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa
untuk Kongo ini diterima Wakil Komandan Satgas Konga XX-J/Monusco, Kapten
(Czi) Adi Ilham dan beberapa perwira staf.
Agqua sendiri menjadi petugas penyuluhan perlindungan
anak dari PBB yang ditempatkan di wilayah Dungu. Pembekalan yang diberikan
kepada prajurit TNI terkait definisi usia anak di bawah umur menurut kriteria
PBB adalah di bawah 18 tahun. Anak-anak di Kongo yang masih di bawah umur rawan
pelecehan dan eksploitasi seksual. Selain itu, hak azasi anak untuk menikmati
masa bermain dalam usia kanak-kanak telah dirampas karena diwajibkan masuk
militer. "Mereka yang berusia dibawah 18 tahun, kemudian tentang
pelecehan dan eksploitasi seksual terhadap anak, hak asasi anak serta
aturan-aturan pelibatan militer terhadap anak," kata Agqua.
Data yang dikeluarkan PBB, seperti dikutip Perwira
Penerangan Satgas Kompi Zeni TNI Konga XX-J/Minusco, Lettu Laut (P) Dimas
Apriyanto menyebutkan masih banyak anak di Kongo yang terlibat dan bergabung,
baik secara sukarela maupun terpaksa ke dalam kelompok-kelompok milisi bersenjata.
Diperkirakan, lebih dari 300 ribu anak menjadi korban
dan terkena dampak perang bersaudara di Kongo. Kebanyakan anak itu diculik
dari desa-desa dan dipaksa bergabung dengan milisi untuk melakukan tindak kejahatan
dan kriminal. Anak laki-laki biasanya dimanfaatkan sebagai pembawa barang dan
anak perempuan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan biologis anggota milisi.
"Kami meminta Konga untuk ikut aktif dalam kegiatan
perlindungan anak serta mampu bersikap dengan bijaksana ketika mereka harus
berhadapan dengan milisi yang masih anak-anak," harap dia.
Pada kesempatan tersebut, Agqua Maqloire menyampaikan,
terimakasih kepada Konga karena berkontribusi nyata dalam mendukung misi Monusco.
Diantara misi itu melaksanakan rehabilitasi jalan-jalan di pedalaman Kongo.
"Secara langsung akan sangat berpengaruh bagi upaya-upaya perlindungan
terhadap anak," tandas Agqua. (Feber s), Sumber Koran: Suara Karya (14
Maret 2013/Kamis, Hal. 04)