Kamis, 14 Maret 2013

Kontroversi Iklan Jamu sang Jenderal



Apabila dalam kondisi normal, mungkin iklan corporate social respansibility (CSR) yang dibuat perusahaan jamu PT Sido Muncul bersama dengan TNI-AD di televisi merupakan hal biasa. Dalam video, ditampilkan bagaimana seorang Kepala Staf TNI-AD Jenderal Pramono Edhie Wibowo memperlihatkan kinerja prajuritnya dalam membantu masyarakat. Secara umum materinya merupakan rangkaian iklan Jamu Tolak Angin mengenai pemberantasan buta katarak di Indonesia.

Namun yang menarik, iklan itu muncul di saat kondisi internal Partai Demokrat tengah gaduh, terutama pasca mundurnya Anas Urbaningrum dari jabatan ketua umum. Pramono Edhie yang juga ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono merupakan salah satu kandidat yang disebut-sebut bakal menggantikan Anas.

Tak heran bila ada yang menginterpretasikan iklan tersebut sebagai upaya sang jenderal membangun citra jelang Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat yang menurut rencana digelar akhir bulan ini.

Pengamat politik LIPI Siu Zuhro menilai kecurigaan tersebut merupakan hal yang wajar. Apalagi, selama ini profil SBY dan lingkaran dekatnya lebih senang dengan pencitraan ketimbang aksi nyata. "Akibatnya, ada kesan iklan ini sengaja dikeluarkan untuk mendongkrak citra jelang KLB," katanya di Jakarta, kemarin.

Walaupun tujuannya baik, Siti justru khawatir iklan yang dikeluarkan pada waktu yang tidak tepat bisa menjadi bumerang bagi Partai Demokrat. "Sebagian masyarakat akan berpendapat ada upaya top down untuk meningkatkan popularitas Pramono Edhie," ujarnya.

Pandangan berbeda dikemukakan pengamat komunikasi politik Effendi Gazali. Effendi menyatakan publik boleh saja mempunyai interpretasi bahwa iklan tersebut tak lebih dari sekadar pencitraan. Namun, secara umum hal tersebut sulit dibuktikan. "Sebab, untuk membuat iklan ini ada proses produksi yang panjang," katanya.

Selain itu, tambah Effendi, juga menjadi pertanyaan apakah iklan itu memang dibuat dalam rangka mengantisipasi jadwal KLB. "Bukankah proses tersangkanya Anas juga relatif mendadak?"

Namun, menurutnya, hal yang menarik dari kemunculan iklan itu justru karena sudah dibintangi dua bakal capres pada Pemilu 2014. "Kan sebelumnya sudah ada Menteri BUMN Dahlan Iskan yang menjadi bintang iklan walaupun isinya tidak berupa ajakan memilih," ucapnya.

Di Indonesia memang belum ada larangan bagi pejabat publik untuk menjadi bintang iklan komersial. Aturan di negeri ini belum seketat Thailand yang pernah memaksa Perdana Menteri Samak Sundaravej mundur pada 2008 akibat menjadi pemandu acara program memasak Tasting and Complaining di televisi. Namun, tidak ada juga larangan bagi masyarakat untuk menganggap pejabat publik yang menjadi bintang iklan sebagai bagian dari pencitraan. (Che/P-3), Sumber Koran: Media Indonesia (14 Maret 2013/Kamis, Hal. 04)