Penulis : Kontributor Bandung, Rio Kuswandi | Kamis, 7 Maret
2013 | 19:10 WIB
BANDUNG, KOMPAS.com - Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas)
mengaku sangat prihatin dengan insiden berdarah antara TNI dan Polri yang
terjadi di Sumatera Selatan, Kamis, (7/3/2013). "Kita melihat kasus ini adalah kasus yang sangat luar
biasa, karena begitu tegangnya. Jadi seolah-olah kayak orang yang tidak
terkendali," kata Komisioner Kompolnas Hamidah Abdurrachman di Bandung.
Pihak Kompolnas menilai, aksi pembakaran dan penusukan ini
adalah aksi yang sudah direncanakan sebelumnya, karena anggota TNI menyerbu
dengan jumlah yang terbilang banyak. "Mereka datang satu rombongan, kemudian membakar kantor
dan setelah itu terjadilah penusukan sampai berdarah-darah. Setidaknya pada
saat melakukan pembakaran itu membutuhkan beberapa peralatan, seperti minyak,
korek dan lainnya. Maka dari itu, kita menyebut insiden brutal ini sudah
direncakan sebelumnya. TNI Sepertinya sudah merencanakan membakar markas dan
menusuk anggota Polri," sebut Hamidah.
Hamidah melanjutkan, Kompolnas hanya bisa mengimbau agar
masing-masing instansi meningkatkan koordinasi antara TNI dan Polri agar kasus pertentangan
antara keduanya tidak terjadi lagi. "Kami meminta agar pimpinan TNI segera
mengambil tindakan tegas, maka dikemudian hari pun akan terjadi kembali,"
kata Hamidah. "Pimpinan TNI harus mengambil tindakan tegas terhadap
anggota TNI yang melakukan pembakaran dan juga yang menusuk anggota Polri
dengan tombak. Terlebih dari itu, pihak TNI harus bisa mengendalikan
personilnya agar jangan sampai berbuat seperti kasus yang sekarang ini
terjadi," tegasnya.
Seperti diberitakan, Markas Kepolisian Resor Ogan Komering
Ulu (OKU), Baturaja, Sumatera Selatan dibakar oleh puluhan anggota TNI. Setelah
itu, beberapa anggota Polri ditusuk dengan menggunakan tombak. Atas insiden
ini, empat anggota polisi terluka, termasuk Kepala Polsek Martapura AKP Riduan
yang saat ini masih kritis karena luka tusuk diduga dikeroyok oleh puluhan
oknum TNI yang datang menggunakan motor dan membawa sangkur. Sumber: www.kompas.com