Tribunnews.com - Sabtu, 16 Maret
2013 11:58 WIB
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--Presidium
Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Akbar Tandjung menceritakan, dari
sisi sejarah, HMI memiliki hubungan sangat dekat dengan TNI.
Terutama pada peristiwa-peristiwa
yang terjadi pada 1965 dan 1966. "Saat itu, HMI begitu dekat TNI, apalagi
pada saat itu dengan Pak Yani, Pak Nasution," ujar Akbar saat berbincang
dengan Tribun, Jumat (15/3/2013) kemarin.
Namun, saat ini hubungan tersebut
sudah tidak ada lagi karena TNI dan HMI memiliki fungsi dan tugas yang berbeda.
Apalagi, saat ini TNI sudah tidak bisa
lagi masuk ke dalam persoalan sosial dan politik pascareformasi. "Dengan
demikian, HMI tidak lagi mempunyai hubungan penting yang dibangun dengan TNI,
karena memang sudah mempunyai fungsi masing-masing," ujar Akbar.
Meski begitu, publik pun
mengetahui bahwa anggota TNI banyak yang terjun ke partai politik setelah dia
pensiun atau purnawirawan. Bahkan, sebagian dari purnawirawan TNI itu menduduki
jabatan strategis di pemerintahan. "Tapi, itu tergantung pilihan
masing-masing. Ada yang di Golkar, Demokrat, Gerindra. Jadi, itu tergantung
pilihan masing-masing," terangnya.
Akbar tak melihat konflik yang
terjadi di internal Partai Demokrat, termasuk apa yang menimpa Anas, mempunyai
kaitan dengan persaingan antara kubu TNI dan HMI di internal partai besutan SBY
itu. "Saya sih tidak melihat sampai sejauh itu," kata Akbar.
Menurut Akbar, sekalipun ada
faksi atau pengkubuan di dalam internal PD adalah sebagai sesuatu hal yang
wajar. "Semua kita tahu dalam pemilihan ketua umum Partai Demokrat ada
tiga tokoh yang menonjol, ada saudara Anas Urbaningrum, saudara Marzuki Alie,
dan Andi Mallarangeng. Yang sekarang, ada saudara Marzuki Alie," ujarnya.
Menurutnya, adanya perbedaan
dukungan dari kader yang berlatar belakang HMI dan TNI terhadap tiga calon
ketua umum PD pada saat kongres PD 2005 lalu membuat seolah-olah saat ini ada
faksi-faksi di dalam PD. Namun, bukan berarti ada konflik antara HMI dan TNI.
Akbar mengungkapkan, bahwa
sebenarnya sejumlah loyalis Anas di PD justru berasal dari TNI. "Orang
yang dekat dengan Anas ada yang berasal dari latar belakang TNI. Ada juga
(kader PD dari TNI) yang melihat sisi kepemimpinannya di PD, ada yang tidak
mendukung Anas, dan kebetulan mereka itu adalah anggota TNI. Tapi, bukan
berarti TNI seolah-olah berkonflik dengan HMI," tegasnya.
"Jadi, kalau ada perbedaan
dalam internal partai itu, jangan dianggap itu sebagai perbedaan HMI dan TNI.
Sama sekali itu terlepas. Saya menolak penilaian itu karena tidak
relevan," Akbar Tanjung. Penulis: Abdul Qodir |
Editor: Rachmat Hidayat