Minggu, 10 Maret 2013 - 09:24:00
SANGATTA - Bupati Isran Noor menerima kunjungan Panglima
Komando Daerah Militer (Pangdam) VI Mulawarman, Mayor Jenderal TNI Dicky Wainal
Usman Jumat (8/3) lalu di Gedung Serbaguna, Bukit Pelangi. Kunjungan itu juga
dihadiri Kasrem 091/Aji Surya Natakesuma Kolonel Inf Aminullah, Asops Kasdam VI
Mulawarman Kolonel Inf Teguh, dan Kazidam Letkol Suwandi. Dari Pemkab Kutim
selain Bupati, hadir Wakil Bupati Ardiansyah Sulaiman beserta Ketua DPRD Kutim
Alfian Aswad, Forum Koordinasi Pemerintah Daerah (FKPD), dan sejumlah pejabat
lainnya.
Bupati Isran Noor mengucapkan selamat datang pada Pangdam
VI/Mulawarman dan rombongan. “Kami yakin dengan kedatangan Panglima mampu
menambah semangat kami, dalam melakukan tugas-tugas pembangunan. Perlu saya
sampaikan, yang hadir pada silaturahmi ini, tokoh-tokoh agama, organisasi
politik dan warga, juga tokoh-tokoh dari pedalaman Kutim. Kami semua berharap
mendapatkan wejangan dan bimbingan dari Pangdam, agar masyarakat Kutim yang
merupakan bagian terpenting dari kompartemen strategi pertahanan dan keamanan
negara. Kami siap mendukung program-program yang dilakukan TNI," jelas
Bupati Isran Noor.
Lebih jauh Isran Noor mengatakan selama ini dukungan pada
TNI belum maksimal, karena masih ada keterbatasan. Seperti kegiatan latihan
gabungan (Latgab) TNI yang dilakukan sejak beberapa waktu lalu di Kutim.
"Insya Allah, kami terus bekerja sama dan berkomitmen. Kerja sama antara
instansi vertikal seperti Danlanal, Dandim, Kejari Sangatta, PN Sangatta,
Kementerian Agama, maupun perusahaan swasta di daerah telah terjalin baik dalam mendukung program-program pertahanan
negara," tegas Isran.
Pangdam VI/Mulawarman Mayjen Dicky Wainal Usman menyebutkan,
Indonesia yang memiliki ribuan pulau dari Sabang sampai Merauke, dengan berbagi
suku, ras, adat istiadat, agama, dan bahasa, adalah potensi kekuatan yang luar
biasa. Dengan syarat, dapat dikelola dengan baik. "Namun sebaliknya,
apabila keanekaragaman ini tidak mampu dikelola dengan baik dan benar, dapat
berbalik menjadi sumber konflik yang tiada habisnya," terang Dicky di
hadapan masyarakat Kutim.
Ada empat pilar yang mampu menjadi penyangga, yaitu
Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia). "Sebagaimana sebuah meja dengan empat tiang, jika retak maka
tidak mampu menyanggah dan menopang meja itu. Dapat dipastikan meja itu tidak
dapat berdiri dengan kokoh. Sehingga jika diibaratkan meja tersebut adalah
Indonesia, maka haruslah ditopang dengan keempat pilar penting yang
kokoh," tegas Pangdam.