Fiddy Anggriawan - Okezone
Jum'at, 08 Maret 2013 13:19 wib
JAKARTA - Konflik TNI dan Polri, yang terjadi di Ogan
Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, diduga adanya kecemburuan dari TNI
terhadap Polri. Wakil Ketua DPR Pramono Anung menganggap kecumburuan TNI kepada
Polri bisa menjadi pemicu konflik tersebut. Walaupun, Indonesia merupakan
negara demokrasi, yang mengutamakan civil society. "Saya melihat
sebenarnya, dalam konteks besar, TNI sebenarnya sudah menata diri dengan baik.
Tidak masuk pada wilayah proses demokrasi. Tapi, mungkin prose kecemburuan itu
ada," tegas Pramono kepada wartawan di DPR RI, Jakarta, Jumat (8/3/2013).
Pramono melihat, gesekan yang kerap terjadi di lapangan,
dimulai dari hal-hal kecil. "Kita melihat kalau ke daerah memang ada
ketimpangan seorang komandan kodim dan kapolres. Padahal, dalam wilayah yang
sama. Dulu komandan kodim begitu dominan. Sekarang, ketimpangan itu terasa di
bawah," paparnya.
Politikus PDI Perjuangan ini mengusulkan adanya perbaikan
dan penghargaan kepada TNI agar tidak menimbulakan ketimpangan yang terlalu
besar. "Negara ini besar, pertahan harus kuat dan harus ada. Petahanan
negara jadi tangung jawab TNI dan itu tak boleh dilemahkan. Menurut saya TNI
belum terlalu kuat. Untuk itu harus diberikan porsi yang lebih luas untuk
mendorong TNI menjadi lebih kuat," simpulnya.
Sebagai solusi terbaik, Pramono menyatakan perlunya
pemisahan antara TNI dan Polri. Kemudian, aparat Polri juga harus introspeksi,
karena banyak yang diprtontonkan oleh elit menyebabkan kecemburuan itu.
Dia menegaskan, kecemburuan yang dumaksud bukan soal
penyediaan anggaran bagi TNI dan Polri. "Dari segi anggaran TNI juga
besar. Soal bukan pada anggaran, tapi perilaku tindak tanduk dan hal-hal
bagaimana proses penyelesaiin permasalah di masyarakat. Kadangkala
ketidakadilan itu menjadi pemicu," simpulnya. Sumber: www.okezonenews.com