Majalah Tempo (10-03-2013, Hal.
40)
Rapat pengurus Partai Demokrat
yang digelar setelah Anas Urbaningrum meninggalkan kursi ketua umum itu
datar-datar saja. Suasana berubah ketika Mirwan Amir berseloroh. "Mohon
disampaikan kepada Pak SBY, jangan terlalu mendengarkan para pembisik,"
kata anggota Dewan Perwakilan Rakyat itu. Pemimpin rapat, Sekretaris Jenderal
Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono, menukas dengan suara tinggi: "Yang dimaksud
pembisik itu siapa?"
Salah seorang yang hadir
menceritakan kembali rapat di kantor pusat Partai Demokrat pada Senin sore
pekan lalu itu. Menurut dia, Mirwan langsung ciut mendengar respons Edhie
Baskoro. Ia tak meneruskan kata-katanya. Tak ada yang menimpali. Walhasil,
ketegangan hanya terasa sejenak. Rapat kembali ke topik semula: konsolidasi
pengurus setelah sang ketua umum mundur karena jadi tersangka suap proyek
Hambalang.
Bagi kubu Anas, kisruh di
Demokrat disebabkan oleh para "Sengkuni" tokoh yang selalu
memanas-manasi Kurawa untuk memusuhi Pandawa dalam epos Mahabharata. Mereka
disebut membisiki Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua Dewan Pembina sekaligus
Ketua Majelis Tinggi Demokrat, untuk menyingkirkan Anas. Tak jelas tudingan
itu diarahkan ke hidung siapa.
Dicegat seusai rapat pada Senin
itu, Mirwan ogah menceritakan ketegangan tersebut. Menurut Mirwan, dalam
pertemuan itu Ibas menyampaikan pesan Majelis Tinggi. Setelah Anas mundur,
tugas ketua umum diambil alih Max Sopacua dan Jhonny Allen Marbun (wakil ketua
umum). Sekretaris Jenderal Edhie Baskoro, dan Direktur Eksekutif Totok
Riyanto. Selain membahas konsolidasi partai, rapat membicarakan kekalahan
calon dari Demokrat dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat.
Dua hari sebelumnya, pada Sabtu
malam dua pekan lalu, Majelis Tinggi plus menteri Kabinet Indonesia Bersatu
jilid II dari Demokrat berkumpul di ruang perpustakaan rumah Yudhoyono di
Cikeas, Bogor. Dari sembilan orang, satu-satunya anggota Majelis yang tak
datang adalah Anas Urbaningrum, yang telah ditetapkan sebagai tersangka oleh
Komisi Pemberantasan Korupsi. Majelis Tinggi meriung untuk merespons
pengunduran diri Anas pada Sabtu siang.
Pertemuan tak langsung ke acara
pokok: melimpahkan tugas Anas kepada empat pengurus teras tadi. Tuan rumah
membukanya dengan membahas pidato terakhir Anas di kantor Demokrat, seperti
yang disiarkan langsung oleh sejumlah stasiun televisi. "Dibahas kalimat
demi kalimat," ujar seorang peserta pertemuan.
Tanpa menampakkan emosi, Yudhoyono
membahas agak panjang pernyataan Anas tentang "bayi yang tak diinginkan lahir".
Kepada tetamu, dia mengatakan, pada kongres partai di Bandung, 2010, ia memang
menginginkan Anas sebagai sekretaris jenderal untuk disandingkan dengan Andi
Alifian Mallarangeng, kandidat yang direstui Cikeas. Anas baru akan disetujui
sebagai ketua umum pada kongres 2015.
Max Sopacua, anggota Majelis
Tinggi, membenarkan Yudhoyono berkata demikian. Menurut Max, Yudhoyono bahkan
bermaksud memajukan Anas sebagai calon presiden pada 2019. Namun Anas berkukuh
maju pada kongres 2010. Tapi, setelah Anas terpijih pada 2010, kata Max,
Yudhoyono mengakui kemenangan Anas. "Jadi, kata siapa Anas tak diakui
SBY?" ujar Max.
Yudhoyono hanya tak sreg dengan
pengurus yang diajukan Anas. Salah satunya Muhammad Nazaruddin, yang kemudian
menjabat bendahara umum. "Tapi Anas ngotot mengajukan Nazar," ucap
Max. Dalam pertemuan, Yudhoyono juga berkata, "Kok, Nazaruddin tak
disebut Anas dalam pidatonya?" Kepada Tempo, Anas pernah mengatakan
Nazaruddin disodorkan oleh pengurus lain, bukan olehnya.
Meski sudah mundur, Anas masih
memiliki akar di partai. Sejumlah loyalis mengancam ikut hengkang karena
menduga ada intervensi Istana ke KPK dalam proses hukum korupsi Hambalang.
Menyadari Demokrat masih bergolak sepeninggal Anas, Yudhoyono menunda
perombakan pimpinan Fraksi Demokrat. Rotasi anggota Badan Anggaran juga
ditunda hingga waktu yang belum ditentukan. Seorang politikus partai itu
mengatakan para penyokong Anas bakal terpental dari jabatannya. Menurut dia,
Yudhoyono khawatir perombakan bisa membuat partai gaduh lagi.
Yudhoyono juga tak ingin
buru-buru menggelar kongres luar biasa untuk mencari pengganti Anas.
Satu-satunya alasan kongres akan dipercepat adalah Komisi Pemilihan Umum.
Menurut Sekretaris Dewan Kehormatan Jero Wacik, bila KPU menyatakan berkas daftar
calon anggota badan legislatif sementara harus diteken ketua umum, mau tak
mau kongres harus digelar. "Kalau KPU bilang tak perlu, ya, kami santai
saja," kata Jero.
Berkas pencalonan harus
diserahkan ke KPU paling lambat pada 15 April nanti. Demokrat, kata Max
Sopacua, menafsirkan daftar calon legislator tak perlu diteken ketua umum,
tapi cukup oleh pejabat setingkat ketua umum yang diakui Kementerian Hukum dan
Hak.Asasi Manusia. Tanda tangan ketua umum baru dibutuhkan di berkas daftar
tetap calon legislator, yang diajukan pada Agustus mendatang.
Bila tafsir Demokrat yang benar,
kongres akan diselenggarakan antara April dan Agustus. Max yang menjadi
anggota tim sukses Ketua DPR Marzuki Alie pada kongres Partai Demokrat di
Bandung 2010 bakal kembali mendorong Marzuki dalam kongres luar biasa.
"Calonnya harus kader internal partai," kata Marzuki bersemangat.
Tapi hasrat Marzuki bisa jadi
kandas. Seorang politikus Demokrat mengatakan restu Yudhoyono tak bakal
terlimpah kepada Marzuki. Banyak pengurus Demokrat yang menghubungkan Marzuki
sebagai "Sengkuni" yang dituding loyalis Anas. Yudhoyono pun tahu
rivalitas Anas-Marzuki di kongres 2010 tak padam hingga hari ini. "SBY
cenderung memilih orang lain yang bukan bagian dari konflik," ujar sumber
tadi.
Dari lingkup-internal, nama lain
yang beredar mengisi kursi ketua umum adalah Gubernur Jawa Timur Soekarwo.
Tapi nama anggota Dewan Pembina Demokrat itu hilang dalam pembicaraan ring satu
Yudhoyono. Yang juga disebut sebagai calon alternatif dari dalam partai adalah
Direktur Eksekutif Totok Riyanto, alumnus Akabri Angkatan Udara 1973.
Serba belum pasti, Yudhoyono bisa
saja meminta orang luar memimpin partainya. Nama yang mencuat adalah Menteri Koordinator
Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, sobat karib sang pendiri partai.
Tapi Djoko menyatakan tak mau masuk ipartai. "Ketua umum sebaiknya dari
internal," ujarnya. Walau begitu, Djoko mengatakan kerap diajak bertukar
pikiran oleh Yudhoyono soal Demokrat.
Orang luar partai yang juga
disebut masuk bursa adalah Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dan Kepala Staf
Angkatan Darat Jenderal Pramono Edhie Wibowo. Nama Gita dicetuskan Yudhoyono
sendiri. Beberapa waktu sebelum berangkat ke Timur Tengah untuk kunjungan
kenegaraan, ia mengajak orang-orang dekatnya meriung. Ia tiba-tiba mengusulkan
Gita memimpin Demokrat seandainya Anas ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.
Belum lagi diutarakan alasannya,
usul Yudhoyono segera kandas. Sejumlah politikus mengatakan Ani Yudhoyono menilai
Demokrat terhuyung-huyung akibat dipimpin "orang luar keluarga". Ani
kemudian menyorongkan nama Pramono Edhie, adiknya. Pada Mei nanti, Pramono
akan memasuki masa pensiun. Kongres luar biasa yang akan digelar bisa dipaskan
dengan waktu mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus itu mengakhiri
masa dinas militer.
Obrolan itu hanya selintas.
Yudhoyono menyimpan rapat-rapat calon yang bakal diusungnya. Yang jelas, kata
sumber Tempo, ia tak akan menyodorkan istri ataupun putranya. Dimintai
konfirmasi, Max Sopacua mengatakan Majelis Tinggi belum pernah membahas
nama-nama untuk menggantikan Anas. (Anton Septian, Widiarsi Agustina,
Wayanagus Purnomo), Sumber: Majalah Tempo