Jumat, 13 Desember 2013

Pemahaman agama sempit suburkan teroris

THURSDAY, 12 DECEMBER 2013 08:14, RIDIN, MEDAN - Kepala Badan Nasional Pencegahan Terorisme (BNPT) Ansyad Mbai menyatakan pemahaman ajaran Agama yang sempit dapat menyuburkan bibit terorisme.

Hal itu dikemukakannya dalam sambutan dibacakan Sekretaris Utama BNPT Mayjen TNI Abdurrahman Kadir saat membuka Pembekalan para Da'i tentang Pencegahan Terorisme menuju Sumut yang Damai.

Kegiatan yang pertama di seluruh Indonesia ini diselenggarakan oleh Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme(FKPT) Sumut bekerjasama dengan Badan Kesbangpol dan Linmas Provsu.

Hadir dalam pertemuan tersebut Wakapoldasu Brigjen Basaruddin, Kasdam I/BB Brigjen TNI Angodo, Ka BIN Sumut Brigjen TNI Cucu Sumantri, Ka Kanwil Kemenag Provsu Abd Rahim MHum, Kaban.Kesbangpol dan Linmas Sumut Eddy Syofian mewakili Gubsu dan para pengurus FKPT Sumut.

Gubernur Sumut, Gatot Pujo Nugoho dalam sambutan dibacakan Kaban Kesbangpol dan Linmas Sumut  Eddy Syofian, menyatakan terorisme merupakan isu dan kasus yang sudah tidak asing lagi di tengah masyarakat.

"Terus berulang dan berkembangnya isu terorisme di Indonesia menandakan upaya penindakan semata tidak dapat menyelesaikan akar permasalahan. Menyebarkan idiologi di tengah masyarakat adalah ujung pangkal permasalahan yang harus dihadapi dengan upaya pencegahan yang sistematis, berkelanjutan dan terukur," ujarnya, kemarin.

Lebih lanjut Mbai memaparkan berdasarkan fakta terungkap di pengadilan atas kasus serangkaian aksi teror bom, kekerasan dan konflik komunal sepanjang tahun 1999-2000, yang bertanggung jawab di balik aksi teror tersebut adalah mereka yang mempunyai motivasi idiologi radikal dengan mengatasnamakan agama.

Di hadapan sekira 130 Da'i dan Khotib dari Kota Medan dan sekitarnya yang juga menghadirkan narasumber Ustad Ali Fauzi (mantan teroris/ perakit Bom), Syahrin Harahap dan Mazda El Muftaz ( KA Pusat Studi HAM UNIMED), Mbai mengatakan  munculnya gerakan radikal terorisme lebih disebabkan karena pemahaman agama yang sempit dan parsial.

"Mereka mengklaim paling faham tentang Al- Qur'an dan Hadis dan mereka merasa punya otoritas atas nama Tuhan untuk menghakimi faham yang berbeda," ujar Ka BNPT seraya menyatakan yang demikian akhirnya menimbulkan aksi aksi kekerasan.

Lebih lanjut Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugoho dalam sambutannya dibacakan Kaban Kesbangpol dan Linmas Sumut Eddy Syofian menyatakan pengawasan individu dan kelompok organisasi, memahami keadaan sosial masyarakat dan mengetahui sejarah dan potensi terorisme di daerah adalah langkah penting yang harus dilakukan oleh BNPT maupun FKPT dengan dukungan Pemda.

Gubsu menegaskan Pemprovsu mendukung upaya pencegahan terorisme dengan memberdayakan FKPT dalam APBD Sumut. Lebih lanjut Kepala BNPT menyatakan peran alim ulama dalam pendekatan lunak sangat diharapkan untuk memberikan pemahaman tentang Ayat-ayat Al-Quran maupun Hadis secara utuh sehingga tidak multi tafsir, sekaligus memberikan kontribusi dalam mengatasi timbulnya kekerasan yang bernuansa SARA.

Ansyad Mbai juga memuji Gubsu bersama FKPT Sumut yang memberikan dukungan dana APBD untuk FKPT dan menggelar Pembekalan Da'i  yang pertama di Indonesia. Dalam dialog juga terungkap mengapa teroris selalu diidentikkan dengan umat Islam, Sestama BNPT Mayjen TNI Abdurrahman Kadir menyatakan dalam kasus kasus gerakan terorisme di Indonesia terungkap dalam proses pengadilan pelakunya umat Islam dan mereka berjuang mengatasnamakan agama.

Sementara itu mantan teroris yang juga pelaku perakit bom Ustad Ali Fauzi menyatakan jihad harus ada pemimpin. Oleh karena pelaku pelaku terorisme memiliki pemimpin .

Ia menyebutkan alat pembuat bom sangat mudah sehingga diperlukan kesadaran kita bahwa melakukan pemboman yang melukai semua orang sangat dilarang oleh agama, ujarnya seraay menyatakan dirinya belajar merakit Bom selama dua semester di salah satu universitas di luar negeri dan pernah mengikuti pendidikan militer Mujahidin Moro Philipina yang telah bertobat dan kini menjadi duta perdamaian pencegahan terorisme.

Saudara kandung dari 13 bersaudara ini menyatakan mereka bersaudara kandung 3 orang terlibat dalam teroris yakni Amrozi, Ali Imron dan Ali Fauzi yang berasal dari Desa di Jatim merasakan pemahaman agama yang parsial dan tidak utuh salah satu penyebab rentannya pengaruh lahirnya sikap radikalisme dan terorisme.

Ia menyatakan semua orang bisa rentan dengan pengaruh radikalisme sehingga diperlukan pemahaman agama yang utuh dan dirinya mengingatkan Medan juga berpotensi munculnya faham faham radikal itu seraya menyatakan dirinya juga pernah melatih putra putra asal Medan dalam terorisme. (Editor: SASTROY BANGUN)