Rabu, 18/12/2013 11:17 WIB, Edward Febriyatri Kusuma - detikNews, Jakarta - Selama satu tahun pasukan United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) Indonesia menjaga perdamaian di area konflik. Mereka harus menjaga perdamaian dengan profesional sambil memendam rindu kepada keluarga di Tanah Air.
"Banyak cerita di sana melihat Lebanon merupakan daerah konflik tentu bukan hal yang mudah. Selama bertugas harus meninggalkan keluarga," ujar Papen Satgas Indobatt 23G, Kapten SUS Sundoko usai upacara kepulangan pasukan UNIFIL di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (18/12/2013).
Bak film perang, mereka yang bertugas untuk misi perdamaian selalu membawa foto istri dan anaknya. Sesekali rasa rindu yang melanda hati terbayar dengan senyum kecil sang istri meski melewati foto.
"Pastinya foto istri dan anak selalu dibawa. Sesekali kalau ada waktu pasti kita komunikasi melalui Skype atau chatting melalui Facebook," ujar pria yang telah memiliki satu anak ini.
Diceritakan Sundoko, kondisi cuaca ekstrem saat musim dingin maupun musim panas. Sudah menjadi makanan sehari-hari.
"Karena kita masuk di bulan Desember, sampai sana sudah musim dingin. Suhu tertinggi pernah sampai minus 5 derajat Celcius, sedang musim panas sampai 36 derajat Celcius," imbuhnya.
Kondisi cuaca yang ekstrem di Lebanon tidak menyurutkan semangat Sundoko sebagai tentara UNIFIL Indonesia untuk mengibarkan 'bendera' perdamaian.
"Kondisi gurun berbatuan menjadi medan tersulit apalagi ketika konflik pecah. Selama di sana tugas kami untuk mengibarkan bendera perdamaian, seperti kegiatan kemanusiaan. Ini menjadi pengalaman berharga terutama bagi saya," imbuh.
Kini selesai sudah misi perdamaian Sundoko di Lebanon. Sepulangnya dari misi perdamaian, rasa sedih dan senang bercampur aduk menjadi satu.
"Semua jadi satu, sekarang bisa bertemu anak-istri lagi. Tentu ada planning ke depan bersama istri seperti buat momongan baru," tutupnya sembari tersenyum.