Senin, 30 Desember 2013, BANJARBARU (Suara Karya): Pangdam Komando Daerah Militer (Pangdam) VI/Mulawarman Mayjen TNI Dicky Wainal Usman, mengemukakan, untuk menjaga perbatasan di Kalimantan, dibutuhkan tank Leopard.
Dengan adanya alat utama sistem persenjataan (alutsista) ini juga akan semakin memperkuat persenjataan di Kodam VI/Mulawarman.
"Paling tidak, satu kompi tank Leopard (delapan unit) dapat ditempatkan di Kalimantan," tuturnya, saat menerima kunjungan wartawan di Markas Komando Batalyon Infanteri 623/Bhakti Wira Utama, Sungai Ulin, Kota Banjarbaru, Kalimantan, akhir pekan lalu.
Dicky memaparkan, penjagaan di wilayah perbatasan harus ketat agar patok-patoknya tidak bergeser dari posisi yang telah disepakati antara Negara Indonesia dan Malaysia. Belum lagi adanya tindak kriminal seperti pembalakan liar, penambangan liar dan pencurian ikan.
Anggota TNI di wilayah perbatasan, lanjut dia, dituntut selalu siaga untuk mempertahankan wilayah kedaulatan Indonesia tidak berkurang satu jengkal sekalipun. "Pihak luar sangat ingin mencaplok wilayah di sekitar perbatasan kita. Kehadiran Leopard akan membuat moril lawan jatuh," tuturnya.
Alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang ditempatkan di Kodam Mulawarman, ungkapnya, terdiri atas tank ringan berjenis AMX dan Scorpion.
Di Kodam ini sudah membentuk Skuadron Penerbad yang diperkuat oleh empat heli tempur dan empat heli angkut. Persenjataan baru yang segera diterima Kodam ini berupa Multi Launcher Roket System (MLRS).
Batalion Kavaleri
Untuk memperkuat penjagaan di wlayah perbatasan, jelas Dicky, Kodam yang dipimpinnya segera mempunyai satu batalion kavaleri. Dengan demikian kekuatan pertahanan di sana makin besar dibanding sebelumnya yang hanya detasemen kavaleri.
Pos penjagaan di garis perbatasan pun, tuturnya, akan ditambah. Menurut dia, anggota militer yang berjaga di pos-pos ini bukan hanya dari Indonesia, melainkan juga Malaysia, sehingga pos tersebut merupakan pos-pos gabungan.
Anggota yang bertugas di pos itu selain menjaga patok agar tidak bergesar juga untuk mempersempit ruang gerak para pembalak liar dari wilayah Indonesia ke Malaysia. Selain pembalakan liar, petugas di pos ini akan menyulitkan para penyelundup narkotika dan obat berbahaya (narkoba).
Seperti yang telah dilakukan dari hasil pengawasan ketat oleh petugas di pos perbatasan. Sebanyak 11 11 bandar shabu-shabu ditangkap dengan barang bukti 6,6 gram shabu.
"Selain menyita shabu, petugas pun menyita uang tunai Rp 2,6 miliar yang diduga hasil transaksi narkoba itu," ujar Pangdam yang wilayah tugasnya hingga Nunukan, wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berbatasan langsung dengan Malaysia. (Windrarto)