RABU, 11
DESEMBER 2013 | 20:29 WIB
TEMPO.CO,
Jakarta - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, pemerintah tetap
melanjutkan kerja sama pembelian hibah pesawat angkut militer C-130 Hercules
dengan Australia. Pada 29 November lalu, satu unit Hercules sudah diterima TNI
Angkatan Udara dan kini sudah berada di Landasan Udara Abdul Rahman Saleh,
Malang, Jawa Timur. ”Baru satu unit yang masuk, yang lain dalam proses,” kata
Purnomo di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 11, Desember 2013.
Purnomo
mengatakan, alasan tetap melanjutkan kerja sama dengan Australia karena
pemerintah Indonesia telah membayar untuk pembelian dan biaya servis pesawat
hibah tersebut ke Australia. ”Sayang, kalau sudah dibayar tapi tidak diambil,”
kata bekas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ini. Namun, Purnomo tak
menjelaskan secara rinci dana yang sudah dibayarkan pemerintah kepada
Australia.
Menurut Purnomo,
pengiriman sisa pesawat Hercules akan dilakukan secara bertahap. Caranya, pilot
dan kru TNI Angkatan Udara dikirim ke Pangkalan Udara Militer Australia di
Richmond. Selanjutnya, pilot dan kru TNI Angkatan Udara akan membawa pulang
pesawat ke Tanah Air.
Sebelumnya,
pemerintah Indonesia menyatakan menghentikan kerja sama di bidang pertahanan
dengan Australia. Hal ini sebagai respons menanggapi penyadapan yang dilakukan
pihak Australia. Panglima TNI Jenderal Moeldoko bahkan sempat menyatakan
menarik enam pesawat F-16 milik TNI AU yang hendak melakukan kerja sama dengan
Australia pada 20 November lalu.
Purnomo
menjelaskan, kerja sama pertahanan antara Indonesia dengan Australia memang
terhenti, kecuali pembelian dan hibah pesawat Hercules. Wakil Menteri
Pertahanan Letnan Jenderal Purnawirawan Sjafrie Sjamsoeddin menjelaskan, kerja
sama latihan bersama antara Indonesia-Australia memang dihentikan. ”Tapi kerja
sama militer dalam pendidikan tetap berjalan,” kata dia di tempat yang sama.
Wakil Ketua
Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat, Agus Gumiwang Kartasasmita,
mendukung langkah Kementerian Pertahanan. Menurut dia, keputusan untuk tetap
mengambil pesawat Hercules hasil pembelian dan hibah dari Australia sudah
benar.
Menurut
politikus Partai Golkar ini, langkah ini tak melanggar keputusan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono, yang meminta kerja sama pertahanan Indonesia dan
Australia dihentikan sementara. ”Pesawat itu sudah dibayar ke Australia karena
masuk anggaran 2013. Pembelian itu program lama, jauh sebelum ketegangan kedua
negara,” kata Agus.