Rabu, 11 Desember
2013
MUNGKID - Korem
072/Pamungkas terus mematangkan pasukannya dalam mengantisipasi bencana Gunung
Merapi. Sebanyak 1.200 anggota diikutkan. Tujuannya, menyatukan persepsi soal
penanggulangan bencana. Kegiatan ini dibagi dalam dua. Yaitu, gladi posko dan
gladi lapang. Gladi posko dilaksanakan di GOR Gemilang, Mungkid selama
seminggu, mulai kemarin (10/12). Sedangkan gladi lapang akan dilakukan di kawasan
rawan bencana di Kabupaten Magelang. Di antaranya, di Kecamatan Dukun,
Srumbung, Sawangan, dan Salam, selama
seminggu pascagladik posko.
“Merupakan
program Mabes TNI. Ini diarahkan ke jajaran TNI di wilayah rawan bencana. Di
sisi lain, untuk menjabarkan operasi militer di daerah bencana,” tegas Komandan
Korem 072/Pamungkas Brigjen TNI MS Fadlilah usai membuka gladi posko di
Lapangan Drh Soepardi, Mungkid.
Hadir pada
upacara pembukaan, perwakilan Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Kegunungapian (BPPTK) Jogjakarta, Komandan Kodim 0705 Magelang Letkol Kav Adang
Sumpena SIP, Kapolres Magelang AKBP Murbani Budi Pitono, dan Bupati Kabupaten
Magelang Ir H Singgih Sanyoto. Selain 1.200 personel TNI yang dikerahkan, turut
bergabung petugas dari jajaran Pemkab Magelang. Seperti Tim SAR, BPBD, relawan,
dan institusi lain. “Kami tidak bisa bekerja sendiri menangani bencana, karena
diakibatkan erupsi Merapi. Karena itu,
kegiatan ini penting guna meminimalisir korban jiwa dan material akibat
bencana,” imbuh Fadlilah.
Seksi Gunung
Merapi BPPTK Jogjakarta Heru Pamungkas menjelaskan, status Merapi masih normal.
Namun, ia mendukung pelatihan yang dilaksanakan TNI. Mengingat warga perlu
mengetahui langkah antisipasi dan tindaklanjut, saat erupsi Merapi benar- benar
terjadi. “Status Merapi, saat akan erupsi, dari normal jadi waspada, kemudian
siaga dan meningkat jadi siap. Di pelatihan ini, kami menggambarkan kondisi
merapi dalam status waspada, dan sesuai prosedur, kami melakukan koordinasi dan
sosialisasi di daerah-daerah rawan KRB 3,” jelasnya.
Saat status
Merapi meningkat menjadi siaga, warga harus siap melakukan evakuasi ke barak
pengungsian. Terutama bagi orang tua (jompo), bayi, dan perempuan. Kepala
Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Magelang Joko Sudibyo
mengatakan, ancaman banjir dingin dari Merapi dinilai masih tinggi. Karena,
material sisa erupsi 2010 masih mengendap di beberapa alur sungai yang berhulu
di gunung teraktif di dunia ini. “Sebatas puncak Merapi tidak diguyur hujan
dengan intensitas tinggi, banjir lahar
dingin tidak akan terjadi,” kata Joko. (ady/hes/nn)