Kamis, 21 November 2013

TNI Baru Tahu Ada Penyadapan Setelah Snowden Buka Mulut



Rabu, 20 November 2013 16:32 WIB


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Panglima TNI, Jendral Moeldoko menolak jika disebut intelijen Indonesia kecolongan atas penyadapan Australia terhadap Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) dan sejumlah pejabat lainnya.

Dalam konfrensi pers yang digelar Panglima TNI di markas Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI, Kalibata, Jakarta Selatan, Rabu (20/11/2013), Moeldoko menyampaikan penyadapan yang dilakukan Australi mengandalkan teknologi, bukan agen-agen intelijen tradisional.

"Ini berkaitan dengan teknologi, bukan intelijen. Jerman pun bisa terbuka informasinya (oleh intelijen asing)," ujarnya.

Kata dia penyadapan tidak hanya dilakukan terhadap Indonesia, melainkan juga negara-negara Eropa yang terkenal kekuatan militernya seperti Jerman. Moeldoko mengaku mengetahui informasi itu setelah kontraktor intelijen Amerika Serikat Edward Snowden buka mulut ke media.

"Walaupun sarat dengan teknologi, semuanya baru tahu setelah pelaku kunci (Snowden) membuka hal itu," ujarnya.

Lebih lanjut soal penyadapan itu, Moeldoko mengaku enggan mengomentari, teritama terkait politik hubungan luar negri Indonesia. Namun ia menegaskan Indonesia sudah membangun langkah-langkah antisipatif jika kedepannya kejadian itu terulang.

"Untuk kontra intelijen kita menyiapkan membangun inskripsi, suatu insturmen yang dipasang di alat komunikasi sehingga tidak bisa di deterk, sedang dibuat Lemnsaneg (Lembaga Sandi Negara)," tandasnya. (Penulis: Nurmulia Rekso Purnomo & Editor: Hendra Gunawan)