ANALIS politik
intelijen Mayor Jenderal TNI (Purnawiran) Glenny Kairupan menilai, program
kontra intelijen di Indonesia harus dibenahi guna merespons kasus penyadapan
oleh pihak asing terhadap pejabat tinggi negara. Menurut dia, dengan kemajuan
teknologi, aksi sadap-menyadap merupakan hal biasa. "Satu-satunya obat,
kalau mereka menginteli, kita lakukan kontraintel, jadi kita juga menginteli
mereka," katanya di Jakarta, Rabu (20/11).
Dia juga
mengingatkan jika Australia menjadi tangan kanan Amerika Serikat di Pasifik.
Contohnya, ketika kasus Papua Timur atau Papua Nugini, Australia menjadi godfather
sehingga Papua Nugini merasa diposisikan sebagai brotherhood dan merasa lebih
nyaman dibandingkan dengan masyarakat di Papua Barat. "Intinya,
Australia tidakmenjajah (secara fisik)
Papua Nugini, tapi dia menjadi godfather" katanya.
Glenny juga
mencontohkan peristiwa di Timor Timur (Timtim), saat ini Timor Leste, di mana
banyak orang Portugis dan campuran yang ditampung Australia."Otomatis,
dia (Australia) aktif dalam pemantauan di Timtim selama 21 tahun,"
katanya.
Di beberapa
kasus lainnya, Australia juga menganggap Indonesia sebagai ancaman.
"Intinya, mereka melihat Indonesia kalau tidak di ptotect berbahaya,
karena pengalaman ada Trikora, Dwikora, Seroja, dan lainnya sehingga mereka concern
sekali pada Indonesia," katanya.
Sementara itu,
Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko menyatakan, Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg)
tengah membangun enkripsi yang lebih canggih unuik mencegah penyadapanyang
dilakukan negara lain terhadap pejabat Indonesia. "Dalam hal kontra informasi
kita sedang menyiapkan untuk membangun enkripsi, sebuah instrumen di alat
komunikasi dan tidak mudah dideteksi, dan sedang dibuat oleh sandi
negara," kata Panglima TNI di Kantor Badan Intelijen Strategis (BAIS),
Jakarta, Rabu.
Menurut
Moeldoko, satu-satunya cara untuk melakukan kontra intelijen adalah dengan
membangun enkripsi yang lebih kuat. "Satu-satunya cara ya seperti itu.
Dan harus dibuat di sini bukan dari luar," tuturnya.TNI mengikuti
perkembangan isu penyadapan tersebut. Karena itu, yang terbaik dalam membangun
kemampuan pertahanan adalah memperkuat diri agar tidak mudah dilihat negara
lain. (M. Yamin Panca Setia/ Ant), Sumber Koran: Jurnal Nasional(21 November
2013/Kamis, Hal. 02)