KAMIS, 21 NOVEMBER 2013 | 13:36
WIB
TEMPO.CO, Pecatu - Panglima TNI
Jenderal Moeldoko mengatakan, lembaganya tengah menyiapkan metode enkripsi
persandian (sistem pengamanan dengan menyamarkan informasi) baru untuk
melindungi data-data strategis dari penyadapan. "Hanya dengan cara ini,
kebocoran informasi bisa ditanggulangi," kata dia seusai menghadiri
musyawarah nasional Perkumpulan Masyarakat dan Pengusaha Indonesia Tionghoa
(Permit) di Hotel Rich Prada Bali, Kamis, 21 November 2013.
Dalam konteks intelijen militer,
kata Moeldoko, enkripsi disiapkan untuk dua aspek, yakni peralatan komunikasi
dan sumber daya manusia atau operatornya. Khusus untuk aspek operator, metode
yang disiapkan adalah pembinaan khusus agar informasi yang mereka kuasai tidak
dibocorkan kepada pihak lain.
Menyikapi masalah ini, Moeldoko
mengatakan, TNI sudah mengambil tindakan, yakni penghentian latihan bersama
dengan militer Australia. Salah satu bentuknya adalah pemulangan enam pesawat
F-16 Fighting Falcon yang mengikuti acara latihan bersandi Elang-Ausindo di
Darwin, Australia. "Kemarin perintah persiapan diturunkan, siang ini harus
sudah pulang," katanya.
Selain latihan Elang Ausindo yang
dilakukan TNI Angkatan Udara, Moeldoko juga menginstruksikan penghentian
latihan bersama antara TNI Angkatan Darat dan Angkatan Laut dengan Australia.
TNI Angkatan Darat dan Royal Australian Army diketahui tengah menjalani dua
latihan, yakni Kartika Burra dan Dawn Komodo. Sedangkan TNI Angkatan Laut
berencana menggelar latihan bersama dengan Royal Australian Navy dengan sandi
New Horizon TTX, Latma Initial Planning Conference KAKADU dan Observer Ex Black
Carilion.
Moeldoko mengatakan situasi ini
harus dipahami dalam konteks pasang-surut hubungan diplomatik Indonesia
Australia. Dia mengakui hal ini akan membawa dampak pada militer. Namun, kata
Moeldoko, TNI menganut politik negara yang mewajibkannya untuk menuruti apa pun
sikap pemerintah. "Setelah hubungan dua negara kembali baik, kerja sama
militer akan dikembalikan," ujarnya. (FERY FIRMANSYAH)