Rabu, 20 November 2013

TNI Angkatan Darat Kembangkan Teknologi Antisadap



Jakarta,  TNI Angkatan Darat bekerja sama dengan Universitas Surya tengah melakukan riset da­lam mengembangkan teknologi antisadap guna mencegah terjadinya aksi penyadapan yang dilakukan intelijen asing terhadap strategi per­tahanan matra darat tersebut.

"Dengan teknologi antisadap ini, minimal TNI AD tak bisa lagi disadap oleh berbagai pihak," kata Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Budi­man usai membuka acara Semi­nar Iitbanghan dengan tema Optimalisasi Insan Litbang melalui Penguasaan Iptek guna Pember­dayaan Iitbanghan dalam Mewu­judkan Alutsista Modem, di Ja­karta, Selasa (19/11).

Namun begitu, Kasad mengatakan, pengembangan teknolo­gi antisadap tersebut bukan di­latarbelakangi kasus penyada­pan oleh Amerika dan Australia yang belakangan ini berkembang.Pengembangan teknologi antis­adap itu, menurutnya, sudah di­canangkan jauh sebelum isu pe­nyadapan muncul.

"Kita sudah melakukan riset ini dua bulan sebelumnya," un­gkap Kasad.

Selain alat antisadap, kerjasama TNI AD dengan Universi­tas Surya juga akan mengem­bangkan alat-alat lainnya yang terkait dalam hal pertahanan seperti satelit, bahan peledak, teknologi nano, dan vaksinasi. Total anggaran untuk pengem­bangan teknologi tersebut men­capai Rp35 miliar.

"Perkembangan teknologi yang begitu pesat membuat bidang pertahanan kita juga harus ikut berkembang mengikuti teknolo­gi. Karena itu, kita bekerja sama dengan berbagai universitas dan lembaga riset untuk mewujud­kan itu. Ada 12 macam riset yang dilakukan bersama Universitas Surya,” jelas Kasad.

Alasan dipilihnya Universitas Surya sebagai rekan riset, menu­rut KSAD, universitas itu telah memiliki 200 orang doktor yangmumpuni di bidang riset, mulai riset yang sederhana hingga riset yang berteknologi tinggi.

Selain bekerja sama dengan Universitas Surya, TNI AD sebel­umnya juga telah melakukan ri­set bersama dengan Biofarma un­tuk mengatasi penyakit saat di medan pertempuran, PT Cyber-world Network Indonesia (CNI) untuk membuat radio komuni­kasi, dan lembaga riset lainnya.

"Dengan PT CNI ini kita akan produksi sebanyak 200 unit ra­dio komunikasi yang dilengkapi inkripsi dan hopping serta GPS, bahkan radio ini antijaming, se­hingga setelah mencapai 200 unit, akan kita launching.Radio ini sudah diuji coba dalam Eks­pedisi Khatulistiwa dan Ekspedi­si Sulawesi," tutur mantan Sekjen Kemhan ini.(han), Sumber Koran: Pelita (20 November 2013/Rabu, Hal. 16)