Selasa, 19 November 2013

Tangan Kiri Untuk Negeri



Berkaos hitam lengan pendek dan celana pendek dengan war­na yang sama, Kolonel (Infan­teri) Purnawirawan Michael Roderick Ronny Muaya, duduk di depan teras rumahnya. Dengan simpatik ia mem­persilakan duduk sambil membuka percakapan.

la tidak sempat mengganti pakai­an, karena memang belum ada janji untuk melakukan wawancara. "Saya ,mohon maaf, hanya berkaos oblong dan celana pendek," ujar Ronny (65 ta­hun) di kediamannya. Perumahan Wis­ma Seroja, Kelurahan Harapan Jaya, Bekasi Utara, Sabtu (2/11) siang, lalu.

Dengan berpakaian seperti itu, terlihat bahwa tubuhnya tak lagi lengkap.Maka pertanyaan utama pun langsung diajukan kepada lulusan Akademi Militer 1972 itu.Utamnaya penyebab tangan kirinya yang mengalami kecacatan.

"Lengan atas tangan kiri saya, tertembak saat turun setelah pertem­puran di Gunung Matabean.Tangan saya tidak dapat diselamatkan dan ha­rus diamputasi," kata Ronny mencer­itakan pertempuran yang terjadi pada 5 Desember 1978, sekitar pukul 15, waktu setempat.

Saat itu, ia berpangkat kapten dan menjabat sebagai komandan kompi C Batalyon infanteri (Yonif) 502 Lintas Udara, Kostrad. Tugasnya di sektor Timur, kawasan Baucau. Peristiwa ituterjadi justru hanya beberapa detik setelah ia selesai memberikan pen­garahan kepada anggota kompi.

"Saya tidak pernah lupa, saat turun gunung, sekitar pukul 15.00 lengan atas tangan kiri saya tertembak peluru dari senjata jenis Getmi atau G-3.Saya langsung jatuh terguling dan sadar saat darah banyak keluar," kata Ronny yang juga Ketua Forum Ko­munikasi Pejuang dan Warakawuri Ex Operasi Seroja, Timor Timur.

Saat itu, lanjutnya, pasukan TNI pa­da akhir 1978 berhasil mendesak pa­sukan Fretilin (Frente Revolucionria de Timor-Leste Independente) hingga ke Gunung Matabean.Gunung itu adalah benteng terakhir pertahanan Fretilin.

"Sebelumnya anggota Yonif 328-Kostrad hilang di kawasan itu, setelah mencari anggota Detasemen Zipur 1 Aceh yang gugur.Medannya sulit.Ku­da yang ikut naik, juga bisa mati di ka­wasan itu.Rupanya anggota dari dua kesatuan itu masuk dalam killing groundmusuh.Tak disangka, saya pun masuk dalam bidikan musuh," ujar Ronny dengan nada lirih.

Misi pasukannya saat itu, lanjut Kabiro Pengembangan Veteran LVRI untuk merampas senjata milik TNI yang dirampas Fretilin.Ronny menga­ku diberikan kewenangan memilih personel pasukannya. Setelah ber­hari-hari melakukan pertempuran, ia berhasil menyelesaikan misi danmemukul mundur Fretilin.

Namun saat komandan batalyon meminta kembali ke Dili untuk mem­bawa pasukannya, terjadilah peristiwa naas itu.Fretilin saat itu memiliki pasukan gerilya yang jumlahnya kecil dan bergerak cepat. Senjatanya Standard NATO, sehingga jauh lebih modern daripada milik TNI.

Tembakan yang mengenai tangan kiri bagian atas itu.menurutnya sudah direncanakan. Sebab, peluru yang me­ngenainya adalah tembakan pertama dari senapan serbu G-3 milik pasukan Fretilin."Musuh tahu bahwa saya komandan kompi.Jadi, pastilah musuh mengincar jantung saya, tapi meleset ke lengan kiri," ujar Ronny yang berasal dari Manado itu.

Setelah terkena peluru, ia merasa kesakitan, banyak darah yang keluar dan akhirnya tidak sadarkan diri. Setelah sadar ia mengetahui sudah ber­ada di atas tandu. Setelah itu kembali pingsan tak lagi mengingat apa-apa.

Sesungguhnya itu bukan pertamakali ia mengalami pertempuran dah­syat yang membuat tubuhnya cacat. Peristiwa itu merupakan pertempuran kedua yang harus dituntaskannya se­bagai prajurit tempur. Sebab, ia juga termasuk yang diterjunkan dalam operasi seroja pertama, pada 7 De­sember 1975.

Dalam Operasi Seroja pertama ia juga mengalami cedera berat, karena terkena ranjau darat yang dipasang Fretilin di Lospalos. pada 1976. Saat itu Ronny menjabat sebagai komandan peleton II Kompi B Yonif 502 Linud Kostrad.Tugas pasukannya saat itu menguasai asrama Fretilin.

Awalnya tidak mendapat per­lawanan, karena asrama tersebut ternyata telah kosong ditinggalkan pasukan Fretilin/Tropaz.la pun mencoba mencari gudang senjata, namun tidak menemukan persen­jataan musuh, kecuali perlengkapan perseorangan lainnya. Namun di sudut asrama ada sebuah perbukitan tempat senjata berat untuk menem­baki pasukan Indonesia yang men­darat melalui pantai Dili.

Bukit tersebut mempunyai jarak pandang yang strategis sekali ke arah laut Dili. Di sisi lain asrama tersebut terdapat sebuah sungai kering dengan disekelilingnya area perbukitan. Terdapat sebuah papan kayu bertuliskan REA REVADA.Dari bukit itulah rupanya pa­sukan musuh telah menanti, kemudian mereka menembaki pasukan Ronny dan terjadilah pertempuran yang sengit.

la mencari bantuan pasukan Zeni untuk menjinakkan ranjau darat, tetapi komunikasi tak bisa dilakukan, sehingga meminta bantuan mengir­imkan sebuah tarik panser dari Ba­talyon Kavaleri (Yonkav) 3-Malang. Namun lagi-lagi terkendala komunikasi.

Setelah komunikasi tersambung, ia langsung membimbing dan menunjukan sasaran musuh. Namun ketika "Letnan Ronny sudah berada di samping tank panser, tiba-tiba terdengar le­dakan yang sangat keras sekali. Ronny pun terhempas sekitar lima meter dari tank panser. "Seketika aku melihat tubuhku berlumuran darah.Ternyata panser telah melintasi ranjau anti tank, sehingga meledak."(selamatginting), Sumber Koran: Republika (19 November 2013/Selasa, Hal. 25)