Berkaos hitam lengan pendek dan celana pendek
dengan warna yang sama, Kolonel (Infanteri) Purnawirawan Michael Roderick
Ronny Muaya, duduk di depan teras rumahnya. Dengan simpatik ia mempersilakan
duduk sambil membuka percakapan.
la tidak sempat mengganti pakaian,
karena memang belum ada janji untuk melakukan wawancara. "Saya ,mohon
maaf, hanya berkaos oblong dan celana pendek," ujar Ronny (65 tahun) di
kediamannya. Perumahan Wisma Seroja, Kelurahan Harapan Jaya, Bekasi Utara,
Sabtu (2/11) siang, lalu.
Dengan berpakaian seperti itu, terlihat bahwa
tubuhnya tak lagi lengkap.Maka pertanyaan utama pun langsung diajukan kepada
lulusan Akademi Militer 1972 itu.Utamnaya penyebab tangan kirinya yang mengalami
kecacatan.
"Lengan atas tangan kiri saya, tertembak saat
turun setelah pertempuran di Gunung Matabean.Tangan saya tidak dapat
diselamatkan dan harus diamputasi," kata Ronny menceritakan pertempuran
yang terjadi pada 5 Desember 1978, sekitar pukul 15, waktu setempat.
Saat itu, ia berpangkat kapten dan menjabat sebagai
komandan kompi C Batalyon infanteri (Yonif) 502 Lintas Udara, Kostrad. Tugasnya
di sektor Timur, kawasan Baucau. Peristiwa ituterjadi justru hanya beberapa
detik setelah ia selesai memberikan pengarahan kepada anggota kompi.
"Saya tidak pernah lupa, saat turun gunung,
sekitar pukul 15.00 lengan atas tangan kiri saya tertembak peluru dari senjata
jenis Getmi atau G-3.Saya langsung jatuh terguling dan sadar saat darah banyak
keluar," kata Ronny yang juga Ketua Forum Komunikasi Pejuang dan
Warakawuri Ex Operasi Seroja, Timor Timur.
Saat itu, lanjutnya, pasukan TNI pada akhir 1978
berhasil mendesak pasukan Fretilin (Frente
Revolucionria de Timor-Leste Independente) hingga ke Gunung Matabean.Gunung
itu adalah benteng terakhir pertahanan Fretilin.
"Sebelumnya anggota Yonif 328-Kostrad hilang
di kawasan itu, setelah mencari anggota Detasemen Zipur 1 Aceh yang
gugur.Medannya sulit.Kuda yang ikut naik, juga bisa mati di kawasan
itu.Rupanya anggota dari dua kesatuan itu masuk dalam killing groundmusuh.Tak disangka, saya pun masuk dalam bidikan
musuh," ujar Ronny dengan nada lirih.
Misi pasukannya saat itu, lanjut Kabiro Pengembangan
Veteran LVRI untuk merampas senjata milik TNI yang dirampas Fretilin.Ronny
mengaku diberikan kewenangan memilih personel pasukannya. Setelah berhari-hari
melakukan pertempuran, ia berhasil menyelesaikan misi danmemukul mundur
Fretilin.
Namun saat komandan batalyon meminta kembali ke Dili
untuk membawa pasukannya, terjadilah peristiwa naas itu.Fretilin saat itu
memiliki pasukan gerilya yang jumlahnya kecil dan bergerak cepat. Senjatanya Standard NATO, sehingga jauh lebih
modern daripada milik TNI.
Tembakan yang mengenai tangan kiri bagian atas
itu.menurutnya sudah direncanakan. Sebab, peluru yang mengenainya adalah
tembakan pertama dari senapan serbu G-3 milik pasukan Fretilin."Musuh tahu
bahwa saya komandan kompi.Jadi, pastilah musuh mengincar jantung saya, tapi
meleset ke lengan kiri," ujar Ronny yang berasal dari Manado itu.
Setelah terkena peluru, ia merasa kesakitan, banyak
darah yang keluar dan akhirnya tidak sadarkan diri. Setelah sadar ia mengetahui
sudah berada di atas tandu. Setelah itu kembali pingsan tak lagi mengingat
apa-apa.
Sesungguhnya itu bukan pertamakali ia mengalami
pertempuran dahsyat yang membuat tubuhnya cacat. Peristiwa itu merupakan
pertempuran kedua yang harus dituntaskannya sebagai prajurit tempur. Sebab, ia
juga termasuk yang diterjunkan dalam operasi seroja pertama, pada 7 Desember
1975.
Dalam Operasi Seroja pertama ia juga mengalami
cedera berat, karena terkena ranjau darat yang dipasang Fretilin di Lospalos.
pada 1976. Saat itu Ronny menjabat sebagai komandan peleton II Kompi B Yonif
502 Linud Kostrad.Tugas pasukannya saat itu menguasai asrama Fretilin.
Awalnya tidak mendapat perlawanan, karena asrama
tersebut ternyata telah kosong ditinggalkan pasukan Fretilin/Tropaz.la pun
mencoba mencari gudang senjata, namun tidak menemukan persenjataan musuh,
kecuali perlengkapan perseorangan lainnya. Namun di sudut asrama ada sebuah
perbukitan tempat senjata berat untuk menembaki pasukan Indonesia yang mendarat
melalui pantai Dili.
Bukit tersebut mempunyai jarak pandang yang
strategis sekali ke arah laut Dili. Di sisi lain asrama tersebut terdapat
sebuah sungai kering dengan disekelilingnya area perbukitan. Terdapat sebuah
papan kayu bertuliskan REA REVADA.Dari bukit itulah rupanya pasukan musuh
telah menanti, kemudian mereka menembaki pasukan Ronny dan terjadilah
pertempuran yang sengit.
la mencari bantuan pasukan Zeni untuk menjinakkan
ranjau darat, tetapi komunikasi tak bisa dilakukan, sehingga meminta bantuan
mengirimkan sebuah tarik panser dari Batalyon Kavaleri (Yonkav) 3-Malang. Namun
lagi-lagi terkendala komunikasi.
Setelah komunikasi tersambung, ia langsung membimbing
dan menunjukan sasaran musuh. Namun ketika "Letnan Ronny sudah berada di
samping tank panser, tiba-tiba terdengar ledakan yang sangat keras sekali.
Ronny pun terhempas sekitar lima meter dari tank panser. "Seketika aku
melihat tubuhku berlumuran darah.Ternyata panser telah melintasi ranjau anti
tank, sehingga meledak."(selamatginting),
Sumber Koran: Republika (19 November 2013/Selasa, Hal. 25)