Jumat, 01 November 2013

PP Ditugasi Tularkan Patriotisme



Kamis, 31 Oktober 2013


JAKARTA (Suara Karya): Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Pangkostrad), Letjen TNI Gatot Nurmantyo meminta seluruh kader Pemuda Pancasila (PP) menularkan jiwa ksatria, semangat patriotisme, dan menanamkan nilai-nilai Pancasila yang sekarang mulai luntur di tengah masyarakat.

Pernyataan itu disampaikan Pangkostrad saat memberikan pidato pada HUT ke-54 PP di Jakarta, Selasa (29/10). "Mas Japto saya beri tugas ini kepada Pemuda Pancasila," ungkap Gatot yang langsung disambut kata siap!, oleh Ketua Majelis Pimpinan Pusat (MPN) PP Japto Soelistyo Soerjosoemarno.

Turut hadir sejumlah pejabat yang juga tokoh PP antaralain anggota DPR RI Yorrys Raweyai, hakim tipikor Syamsul Rekan Chaniago, Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola, Wakil Gubernur Jawa Timur, Syaifullah Yusuf.

Menurut Gatot, PP sebagai organisasi masyarakat (ormas) senior harus mampu menjadi contoh bagi ormas lain dan masyarakat untuk menjaga persatuan dan kesatuan sesuai nilai-nilai Pancasila.

Japto mengungkapkan sekarang ini sistem tata negara sekalipun sudah melenceng dari nilia Pancasila. Sistem pemilihan kepala negara dan daerah sudah mengacu kepada sistem demokrasi liberal bukan lagi demokrasi Pancasila. "Demokrasi kita dibawa ke demokrasi liberal, wartawan kok diam saja," ungkapnya.

Japto mengatakan, PP bukanlah organisasi kelompok partisan (OKP), tetapi ormas yang berbasis massa. Tugas utamanya adalah melahirkan kader-kader bangsa yang pancasilais, nasionalis, dan melindungi Pancasila dan UUD 45.

PP menginginkan model nilai Pancasila dan UUD 45 berdasarkan naskah asli, bukan hasil revisi atau amandemen.

"Sekarang ini (sila) Pancasila tinggal berapa. Di mana pasal kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan," paparnya.

Humanis

Sistem pemilihan presiden didasarkan oleh kepentingan partai. Mana ada partai yang mewakili rakyat, semua berdasarkan kepentingan internal. "Mana ada sistem pemilihan presiden jalur independen, yang diyakini mewakili kepentingan rakyat," urainya.

Begitu pula pelaksanaan pilkada masih rawan konflik dan terjadi bunuh-bunuhan. Yang kalah kecewa, karena keluarganya, suku, atau yang tidak seagama. Nilai dari pasal ketiga Pancasila yakni persatuan Indonesia seolah hilang. "Sekarang ini masyarakat menjadi primordialisme, rasisme, sukuisme. Apa ini yang kita harapkan. Kembali ke UUD 45 supaya benar," ungkapnya.

Japto akan mengajak ormas lain yang dikatakan sok Pancasilias untuk melakukan semacam Dekrit Presiden 5 Juli tahun 1959, yakni kembali ke UUD 45 dan Pancasila.

Sementara itu anggota DPR RI, Yorrys Raweyai yang juga kader PP mengatakan, dalam silabus pengkaderan PP itu bersifat dinamis mengikuti tantangan zaman. Kendati demikian, PP masih memiliki kultur Pancasilais dan patriotis yang dilihirkan oleh militer tahun 1959 dan belum hilang sampai sekarang.

Namun di kalangan partai politik kultur tersebut relatif hilang. "PP mau mempertahankan itu (kultur pancasilais)," tegasnya.

Perkembangan demokrasi mengancam nilai-nilai Pancasila dan UUD 45. Untuk itu kader PP harus masuk ke semua level sistem birokrasi negara ini untuk mengontrol keutuhan nilai-nilai asli bangsa Indonesia tersebut. (Feber S)