Jumat, 01 November 2013

Simulasi, Merapi Meletus Warga Sepi Dievakuasi



Rabu, 30 Oktober 2013 | 01:46 WIB


Boyolali —  Suasana Dusun Sepi Desa Jrakah Selo yang semula sunyi tiba-tiba berubah menjadi ramai. Menyusul suara sirine yang meraung-raung terdengar sebagai tanda bahaya Gunung Merapi meletus. Warga langsung berhamburan keluar rumah berlari ke arah asal suara. Mereka kemudian berkumpul dan bersama-sama menuju ke tempat penjemputan di Jembatan Sepi.

Sementara petugas terus mengumumkan melalui pengeras suara, bahwa Merapi sudah meletus. Warga diminta untuk segera mengungsi. Diperkirakan, awan panas akan menerjang desa mereka. Mendengar pengumuman itu, wargapun semakin panik.

Warga yang ketakutan berlari menuju mobil truk yang telah disediakan. Dengan menggunakan truk milik TNI-AD, warga tersebut dievakuasi ke lapangan Desa Samiran, untuk penanganan selanjutnya.

Itulah skenario simulasi evakuasi warga saat Merapi meletus. Simulasi yang digelar ini sebagai rangkaian penanggulangan bencana yang digelar TNI selama tujuh hari dibawah koordinasi Korem 074/ Warastratama dan Kodim 0724 Boyolali.

Simulasi sengaja dilakukan di wilayah Merapi, mengingat setiap empat tahun sekali, gunung teraktif di Jawa ini terjadi erupsi.

”Simulasi ini untuk mensinergikan antar instasi terkait dalam penanganan bencana Merapi,” ungkap kepala penerangan Korem 074/Warastratama, Mayor Inf. Joko Nugroho ditemui di Lapangan Samiran Selo, Selasa (29/10).

Dijelaskan, jika nanti instansi terkait sudah memilki standar operasi yang sama, maka nanti dalam pelaksanaannya dapat berjalan sesuai rencana. Kedepan, instansi-instansi ini sudah memiliki hanya satu standar operasi. Berkaca pada bencana erupsi Merapi 2010 lalu, penanganan evakuasi warga lereng Merapi tidak memiliki standar operasi yang baku. Saat itu, kata Joko, masing-masing instasi jalan sendiri-sendiri, dan tidak terpaku pada satu standar operasi. Sehingga, dalam pelaksanaannya, terkesan kacau.

”Tahun 2010 saat Merapi meletus, kita lihat penangganan sangat kacau, instansi yang ada bergerak sendiri-sendiri, tapi kini kita punya pedoman penangganan bencana,jadi nanti kedepanya lebih bisa sinergi, paling tidak meminimalkan kerugian material dan nyawa,” ungkapnya.

Kegiatan ini melibatkan berbagai instansi, seperti dari Korem, Kodim, BPBD, Dinas Sosial, SAR, relawan, Rapi dan masih banyak lagi. Rencananya, kegiatan seperti ini akan terus dilakukan secara berkala. Bahkan November nanti, di wilayah Merapi ini akan dilakukan simulasi penanganan bencana tingkat nasional.

Camat Selo, Sumanto menyambut positif kegiatan ini. Sebab, lereng Merapi merupakan wilayah rawan bencana. Sehingga jika dilakukan latihan sebelumnya, dalam penanganan bencana nanti, baik warga maupun instansi terkait, sudah tahu prosedur yang harus dilakukan.

“Ini sebagai persiapan, agar nanti penangganan bencana lebih baik,” tandas Sumanto.