Rabu, 30 Oktober
2013 | 01:46 WIB
Boyolali — Suasana Dusun Sepi Desa Jrakah Selo yang
semula sunyi tiba-tiba berubah menjadi ramai. Menyusul suara sirine yang
meraung-raung terdengar sebagai tanda bahaya Gunung Merapi meletus. Warga
langsung berhamburan keluar rumah berlari ke arah asal suara. Mereka kemudian
berkumpul dan bersama-sama menuju ke tempat penjemputan di Jembatan Sepi.
Sementara
petugas terus mengumumkan melalui pengeras suara, bahwa Merapi sudah meletus.
Warga diminta untuk segera mengungsi. Diperkirakan, awan panas akan menerjang
desa mereka. Mendengar pengumuman itu, wargapun semakin panik.
Warga yang
ketakutan berlari menuju mobil truk yang telah disediakan. Dengan menggunakan
truk milik TNI-AD, warga tersebut dievakuasi ke lapangan Desa Samiran, untuk
penanganan selanjutnya.
Itulah skenario
simulasi evakuasi warga saat Merapi meletus. Simulasi yang digelar ini sebagai
rangkaian penanggulangan bencana yang digelar TNI selama tujuh hari dibawah
koordinasi Korem 074/ Warastratama dan Kodim 0724 Boyolali.
Simulasi sengaja
dilakukan di wilayah Merapi, mengingat setiap empat tahun sekali, gunung
teraktif di Jawa ini terjadi erupsi.
”Simulasi ini
untuk mensinergikan antar instasi terkait dalam penanganan bencana Merapi,”
ungkap kepala penerangan Korem 074/Warastratama, Mayor Inf. Joko Nugroho
ditemui di Lapangan Samiran Selo, Selasa (29/10).
Dijelaskan, jika
nanti instansi terkait sudah memilki standar operasi yang sama, maka nanti
dalam pelaksanaannya dapat berjalan sesuai rencana. Kedepan, instansi-instansi
ini sudah memiliki hanya satu standar operasi. Berkaca pada bencana erupsi
Merapi 2010 lalu, penanganan evakuasi warga lereng Merapi tidak memiliki
standar operasi yang baku. Saat itu, kata Joko, masing-masing instasi jalan
sendiri-sendiri, dan tidak terpaku pada satu standar operasi. Sehingga, dalam
pelaksanaannya, terkesan kacau.
”Tahun 2010 saat
Merapi meletus, kita lihat penangganan sangat kacau, instansi yang ada bergerak
sendiri-sendiri, tapi kini kita punya pedoman penangganan bencana,jadi nanti
kedepanya lebih bisa sinergi, paling tidak meminimalkan kerugian material dan
nyawa,” ungkapnya.
Kegiatan ini
melibatkan berbagai instansi, seperti dari Korem, Kodim, BPBD, Dinas Sosial,
SAR, relawan, Rapi dan masih banyak lagi. Rencananya, kegiatan seperti ini akan
terus dilakukan secara berkala. Bahkan November nanti, di wilayah Merapi ini
akan dilakukan simulasi penanganan bencana tingkat nasional.
Camat Selo,
Sumanto menyambut positif kegiatan ini. Sebab, lereng Merapi merupakan wilayah
rawan bencana. Sehingga jika dilakukan latihan sebelumnya, dalam penanganan
bencana nanti, baik warga maupun instansi terkait, sudah tahu prosedur yang
harus dilakukan.
“Ini sebagai
persiapan, agar nanti penangganan bencana lebih baik,” tandas Sumanto.