Rabu, 13 November 2013

Kecelakaan MI-17 dan Daerah Perbatasan

Metro View-Selasa, 12 November 2013 WIB, Suryopratomo - KECELAKAAN yang dialami helikopter MI-17 milik TNI-AD sungguhlah tragis. Empat belas orang yang menjadi korban bukan hanya prajurit TNI-AD, tetapi juga masyarakat sipil. Mereka adalah warga yang tinggal di daerah perbatasan Malaysia yang sangat tergantung kepada helikopter militer sebagai alat transportasi.

Musibah yang terjadi di Malinau, Kalimantan Utara itu memberi banyak pelajaran kepada kita. Pertama adalah tentang daerah-daerah perbatasan dengan negara tetangga. Kita tidak hanya berbatasan dengan Malaysia, tetapi juga dengan Singapura, Filipina, Papua Nuigini, Timor Leste, dan juga Australia.

Di daerah perbatasan itu, tidak sedikit warga kita yang tinggal di sana. Hanya saja kita tidak pernah mengembangkan kota-kota di daerah perbatasan itu secara layak. Akibatnya kehidupan warga kita di daerah perbatasan sangatlah terbatas. Sarana transportasi untuk masuk dan keluar dari kota mereka nyaris tidak ada.

Ini berbeda dengan cara negara-negara lain mengembangkan daerah perbatasannya. Sarawak, Malaysia misalnya, membangun infrastruktur hingga perbatasan Kalimantan Barat. Tidak usah heran apabila perjalanan dari Kuching ke daerah perbatasan jauh lebih cepat dari Pontianak ke daerah perbatasan.

Kita tahu dengan luasan Indonesia seperti ini, memang kebutuhan pengembangan daerah perbatasan akan menyedot anggaran negara yang luar biasa tinggi. Namun bukan berarti pemerintah tidak bisa mencari jalan lain. Kerja sama dengan swasta yang diberi konsesi untuk mengembangkan daerah perbatasan, bisa menjadi salah satu pilihan.

Pengembangan daerah perbatasan bukan hanya akan memberikan etalase yang baik tentang negara kita, tetapi memberi kesempatan warga kita di sana untuk berkembang. Mereka akan bisa menjadi manusia yang sesungguhnya, karena tidak terisolasi dengan daerah lainnya.

Pelajaran kedua yang bisa kita petik dari musibah itu adalah pentingnya melakukan pemeliharaan. Pesawat terbang maupun helikopter merupakan moda transportasi yang menuntut perawatan yang ketat. Kita tidak bisa memberikan toleransi terhadap keterlambatan untuk melakukan pemeriksaan berkala.

Apalagi kita tahu bagaimana helikopter MI-17 dipergunakan. Intensitas pemanfaatannya nyaris tidak pernah berhenti karena ia bukan hanya dipakai untuk mengangkut pasukan, tetapi juga kepentingan warga sipil dengan segala kebutuhannya.

Kita lihat bahwa dari 14 korban yang tewas dalam kecelakaan itu kebanyakan adalah warga sipil. Artinya pasukan TNI bukan hanya bekerja untuk kepentingan militer, tetapi membantu pergerakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mereka.

Kecelakaan helikopter MI-17 seharusnya mengentakkan kesadaran para pemimpin bahwa kita alpa untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Bahkan kita memaksa prajurit TNI untuk melakukan tugas yang di luar tanggung jawab mereka.

Bagi kita kecelakaan itu bukan hanya membuat kita harus kehilangan aset helikopter yang menjadi kekuatan TNI, tetapi yang lebih mahal kita harus kehilangan orang-orang terbaik. Kita harus kehilangan kapten pilot yang sudah mendedikasikan dirinya untuk melayani negeri tercinta ini.

Kalau kita berkeinginan untuk mengurangi potensi kecelakaan, maka kita harus membangun moda transportasi yang lebih beragam. Tidak mungkin kita hanya mengandalkan satu moda yakni dengan menggunakan transportasi udara, apalagi transportasi militer.

Rasanya banyak kalangan pengusaha yang siap untuk ikut membantu pemerintah mengembangkan daerah-daerah perbatasan. Sepanjang pemerintah mau memberikan kesempatan bisnis kepada mereka, maka akan bisa dibangun pengembangan daerah perbatasan yang saling menguntungkan baik bagi negara, masyarakat, maupun dunia usaha.

Sekarang ini yang kita butuhkan adalah sikap saling percaya di antara komponen bangsa. Kita seringkali terjebak kepada kecurigaan yang tinggi di antara kita, sehingga akhirnya kita takut untuk mengambil keputusan. Akibatnya, yang menjadi korban adalah kelompok masyarakat yang di bawah.

Kita sungguh berharap bahwa kecelakaan di Malinau membuka kesadaran betapa luasnya negara kita dan tertinggalnya daerah-daerah perbatasan. Harapannya tentu ada perhatian ke daerah-daerah itu karena di sana tinggal banyak saudara-saudara kita dan mereka juga membutuhkan perhatian.

Jangan biarkan warga yang tinggal di daerah perbatasan berjuang sendirian. Akibatnya mereka lebih peduli kepada negara tetangga, karena dianggap lebih memperhatikan kebutuhan mereka dari kita yang seharusnya memenuhi kebutuhan saudara kita itu.