Selasa, 12 November 2013

Helikopter Jatuh di Kalimantan Utara Ajakan Agung ke Perbatasan Tinggal Kenangan

Gedung Polda Metro Jaya menjadi saksi rasa haru dan bahagia Lettu Cpn Agung Budiarjo dan Riski Lia Putri yang melangsungkan resepsi pernikahan pada 31 Agustus lalu. Saking terharunya, saat proses seserahan dan siraman, ayah Agung, Syahril M Daeng Tompo, terlihat tidak bisa melepas sang anak untuk mengarungi kehidupan berumah tangga.

"Bapaknya saking terharu sampai saat memberi sambutan melepas anaknya, tidak bisa berkata apa-apa," tutur paman Kiki, Umar Sahid saat ditemui di kediamannya Jalan Dalang RT 05/05, No 10, Kelurahan Munjul,  Cipayung Jakarta Timur, Minggu (10/11).

Belum sempat menikmati kebahagiaan sebagai pengantin baru, pekerjaan Agung sebagai pilot di Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) mengharuskannya untuk kembali bertugas di Lampung. Jika ada waktu senggang seperti akhir pekan, atau setelah bertugas menerbangkan pesawat ke Jakarta, Agung selalu menyempatkan mengunjungi Kiki, sapaan Riski yang tinggal bersama orangtuanya di daerah Munjul, Ci-payung, Jakarta Timur, seperti yang dilakukannya pada Rabu (5/11) lalu. Namun, belum lama bertemu, keesokan harinya Agung mendapat tugas mengantar logistik ke perbatasan Indonesia dan Malaysia di Pos Bulan Desa Long Jelet, Kecamatan Punjungan, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara.

"Tidak lama dari Lampung, harus berangkat tugas ke perbatasan untuk bangun pos perbatasan. Kamis (6/11) sore, istrinya sendiri yang mengantar Agung ke Halim," kata Umar.

Pertemuan itu ternyata menjadi pertemuan terakhir pasangan ini. Kabar mengejutkan diterima Kiki setelah mengantar sang ibu, Kompol Kusmiyati, Kepala bagian Sumber daya Polres Bekasi Kota, Sabtu (9/11) siang. Sekitar pukul 13.00 WIB, tim evakuasi TNI AD memberi kabar heli yang dipiloti Agung terjatuh dan terbakar 300 meter sebelum mendarat di helipad Pos Bulan Desa Long Jelet, Kecamatan Punjungan, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. "Sekitar pukul 13.00 WIB siang, Riski dapat telepon dari tim evakuasi TNI AD di sana, kalau pesawat suaminya terjatuh," katanya.

Kabar tersebut sontak membuat Kiki terkejut. Kiki hanya bisa duduk tersimpuh, seakan tidak percaya akan kabar buruk yang diterimanya. Sambil berusaha menenangkan dirinya, ia pun berusaha menghubungi ibunya yang tengah rapat di Mapolres Bekasi Kota. "Ibu, ibu, cepat pulang, pesawat mas Agung jatuh," ujar Umar menirukan teriakan Riski.

Riski bersama sang ibu segera mencari tiket pesawat untuk berangkat ke Tarakan, Kalimantan Utara. Namun, hingga malam hari, keduanya tak juga mendapatkan tiket. Kiki dan keluarga akhirnya berangkat bersama protokol TNI AD melalui Bandara Halim Perdana Kusuma, Minggu (I0/11), dengan menggunakan pesawat Hercules menuju Tarakan, Kalimantan Utara.

"Pukul 04.00 WIB pagi tadi protokol datang untuk jemput keluarga. Rencananya berangkat dengan pesawat Hercules ke Tarakan untuk jemput dan membawa jenazah ke Makassar, Sulawesi Selatan untuk di-makamkan," katanya.

Sebelum peristiwa nahas itu, Agung sempat mengajak Kiki ikut ke tempatnya bertugas di Lampung dan ke Makassar untuk bertemu keluarganya. "Neng nanti saya survei dulu di perbatasan sana, kalau enak kamu ikut yah," kata Umar menirukan kalimat terakhir pilot MI-17 kepada istrinya.

Menerima ajakan sang suami, Kiki pun menyiapkan baju yang hendak dibawa. Belum sempat menyampaikan kondisi perbatasan, justru kabar duka yang diterima sang istri.

"Allah punya rencana lain. Pesawat Agung mengalami kecelakaan. Semua di sini pada kaget. Dia yang masih muda mendahului orang-orang yang disayangi," ungkap Umar. [F-5], Sumber Koran: Suara Pembaruan (11 November 2013/Senin, Hal. 24)