Panjangnya garis perbatasan di Kalimantan merupakan tantangan besar bagi kita dan tidak ada pilihan lain selain mengamankannya.
Dalam konteks itulah, kita berupaya membangun pos penjagaan dengan usaha keras. Maklum, pos yang ada sekarang ini, dari segi jumlah, jauh dari memadai. Tidak mengherankan apabila garis batas acap berubah dan jika tak dikelola secara konsisten, sengketa mudah muncul.
Kita yakin dalam semangat itu pula TNI AD mengirim misi pembangunan pos penjaga perbatasan di Kalimantan. Namun, menjelang peringatan Hari Pahlawan, Sabtu (9/11), sebuah helikopter Mi-17 yang ambil bagian dalam misi ini jatuh di Long Pujungan, Malinau, Kalimantan Utara.
Kita ikut berduka dengan jatuhnya korban 14 orang tewas. Selain itu, lima orang menderita luka parah. Kita yakin kepada para korban akan diberikan perhatian lebih sebagai wujud penghargaan atas misi yang mereka lak¬sanakan.
Selanjutnya, kita tetap hidupkan semangat untuk mengurus perbatasan kita yang amat luas dan kompleks ini.
Selain membutuhkan perhatian terus-menerus melalui pembicaraan reguler, kita juga tahu bahwa kawasan di perbatasan tidak sedikit yang mengandung sumber daya ekonomi yang potensial untuk dikomersialkan. Kita sadar kawasan perbatasan seperti ini harus dikelola dengan tekun, tegas, dan saksama. Pengalaman lepasnya Sipadan dan Ligitan harus menjadi pelajaran berharga.
Sementara kesadaran mengenai pentingnya kawasan perbatasan, khususnya terkait dengan tegaknya integritas kedaulatan, terus meningkat. Biaya untuk mengawalnya tidak murah. Mewarisi negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang 81.900 kilometer tak ayal lagi mem¬butuhkan kapal patroli yang amat banyak. Sementara untuk mengawal perbatasan darat yang ribuan kilometer di Kalimantan, Papua Newgini, dan Timor Leste, kita juga membutuhkan armada angkutan yang andal.
Heli seperti Mi-17 termasuk yang kita butuhkan. Sarana angkutan logistik ini terus kita perbarui guna menjamin keandalan operasinya. Bahwa Sabtu lalu terjadi musibah, kita berikan kesempatan kepada tim penyelidik untuk mengetahui penyebabnya. Kita berkepentingan menge¬tahui penyebab kecelakaan, terutama untuk mencegah agar musibah semacam tidak terulang, karena kita masih akan melakukan banyak misi membangun perbatasan.
Saat terjadi musibah heli Mi-17, sedikit atau, banyak kita akan merefleksikan kejadian tersebut. Tentu kita perlu lebih berhati-hati lagi dalam menjalankan misi di per¬batasan. Maklum saja, medan perbatasan umumnya bukan medan ringan. Termasuk dalam proses hati-hati ini adalah terus meningkatkan profesionalisme kita, seperti dalam memelihara sarana dan prasarana, agar kesiapan ope¬rasinya terjaga.
Masih dalam suasana Hari Pahlawan, kita akan terus menyambut panggilan perbatasan, yang masih akan terus kita tengok, kita jaga, dan kita kembangkan. Sumber Koran: Kompas (12 November 2013/Selasa, Hal. 06)