Kamis, 07 November 2013

BENTROKAN ANTARWARGA_Korban Tewas di Pulau Solor Bertambah

SOLOR,   Jumlah korban tewas akibat bentrokan antara warga Desa Lohayong dan warga Desa Wuliblolong di Kecamatan Solor Timur, Nusa Tenggara Timur, bertambah satu pada Rabu (6/11) dini hari. Dengan demikian, total jumlah korban tewas akibat bentrokan yang dipicu sengketa lahan batas desa itu menjadi tiga orang.

Korban tewas terakhir adalah seorang nenek yang terbakar bersama rumahnya. Dalam bentrokan yang terjadi awal minggu ini tersebut, 98 rumah warga Wuliblolong dibakar. Rumah warga itu terbuat dari kayu dan bambu serta beratap ilalang sehingga mudah terbakar. Selain korban tewas, puluhan warga terluka, satu di antaranya kritis dan kini dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Larantuka.

"Sumber konflik adalah perebutan batas tanah antara Desa Wuliblolong dan Desa Lohayong. Konflik batas tanah itu sudah cukup lama, tetapi tidak segera ditangani pemerintah daerah dan tokoh masyarakat kedua desa," kata Wakil Kepala Kepolisian Resor Flores Timur Komisaris David Yoseph di Larantuka.

Yoseph mengatakan, situasi telah kondusif. Sebanyak 220 personel TNI dan Polri masih berjaga di lokasi sengketa.

Meskipun demikian, aktivitas warga kedua desa itu masih lumpuh. Warga Wuliblolong masih mengungsi ke desa tetangga, seperti Ongeleren dan Kelike. Meski lokasi sengketa dijaga aparat keamanan, warga tidak berani pulang karena takut. Warga Lohayong bertahan di rumah mereka yang sebagian besar permanen dan beratap seng.

Kepala Desa Lohayong 2 Tahir Kasim meminta Pemerintah Kabupaten Flores Timur segera menyelesaikan batas tanah kedua desa itu dengan memfasilitasi para tokoh adat dari kedua desa.

Wakil Bupati Flores Timur Valens Tukan, ketika dihubungi, mengatakan sedang memimpin pertemuan dengan masyarakat di Solor. (KOR), Sumber Koran: Kompas (07 November 2013/Kamis, Hal. 22)