CANBERRA
— Pemerintah Australia harus memberikan jaminan kepada Indonesia menyusul
kabar penyadapan terhadap beberapa tokoh. Jaminan tersebut di antaranya
Australia harus berjanji tidak akan kembali menyadap pemimpin Indonesia.
Mantan menteri luar negeri Australia Bob Carr mengatakan,
Australia bisa mencontoh upaya Amerika Serikat meyakinkan Jerman.Karena itu,
Australia seharusnya bisa meyakinkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Kalaupun Australia memang melakukan penyadapan,
itu takkan terjadi lagi."Jika Presiden Amerika bisa memberikan jaminan
kepada Angela Merkel kalau mereka tak mendengar apa yang dia katakan, maka
kita harusnya mampu melakukan itu tanpa kesulitan kepada Presiden Indonesia,"
ujar dia dalam wawancara dengan stasiun televisi Nine Australia, Senin (18/11).
Sementara itu, Perdana Menteri Australia Tony Abbott
mengatakan, pemerintah Australia mengumpulkan segala informasi seperti yang dilakukan
pemerintah negara lain. Namun, dia mengatakan,tindakan Australia selalu bertujuan
membantu sekutu mereka, seperti Indonesia.
Ia mengatakan, Australia menggunakan semua sumber
daya untuk membantu, bukan menyakiti sekutu. Namun, dia mengatakan,
pemerintahnya tidak akan pernah memberikan komentar terkait masalah-masalah
intelijen itu. "Ini telah menjadi tradisi pemerintah," kata dia.
Kabar penyadapan ini sudah beredar sejak awal
bulan ini.Namun, Pemerintah Australia menyatakan tidak menyadap
Indonesia.Namun, media Inggris, Guardian melansir penyadapan terhadap tokoh-tokoh
Indonesia pada Senin (18/11).
Informasi tersebut didasarkan pada dokumen rahasia
yang dibocorkan oleh intel Amerika Serikat, Edward Snowden. Dokumen tersebut
menyebutkan bahwa Presiden SBY dan sembilan orang yang masuk dalam lingkaran dalamnya
menjadi target penyadapan Australia.
Dokumen itu menyebutkan badan intelijen elektronik
Australia, atau yang juga disebut Direktorat Sandi Pertahanan telah menyadap
aktivitas telepon genggam Presiden SBY selama 15 hari pada Agustus 2009
lalu.Saat itu Australia masih dipimpin oleh Perdana Menteri Kevin Rudd.
Daftar target penyadapan Australia itu menyebut
nama-nama pejabat tinggi ternama Indonesia. Mulai dari Wakil Presiden Boediono
hinggamantan wakil presiden Jusuf Kalla. Ada pula nama mantan dubes RI untuk AS
Dino Patti Djalal yang sekarang menjadi kepala Badan Koordinasi Penanaman
Modal serta Menko Perekonomian Hatta Rajasa.
ABC melaporkan salah satu dokumen rahasia tersebut
berjudul "3G impact and update"
yang berisi grafik upaya intelijen Australia untuk mengimbangi teknologi 3G yang digunakan Indonesia dan sejumlah
negara kawasan Asia Tenggara lainnya.
Terdapat juga daftar sejumlah orang yang menjadi
target penyadapan. Bahkan, intelijen Australia memiliki rekomendasi untuk
memilih salah satu nama tersebut dan menjadikannya target penyadapan, dalam
kasus ini adalah kepala negara Indonesia.
Hatta mengatakan, dia prihatin dengan praktik tersebut.Sebagai
mensesneg kala itu, ada sejumlah hal yang menyangkut rahasia negara
dibicarakan."Dalam konteks Indonesia, kita sudah memiliki UU transparansi
terhadap informasi.Tidak diperlukan sadap-menyadap," ujar dia.
Meski demikian, Hatta tidak ingin berkomentar
lebih lanjut mengingat hal tersebut menyangkut hubungan baik kedua negara. Dia
menyerahkan persoalan ini kepada Kemenko Polhukam dan instansi lain yang
terkait. "Jadi, saya tentu tidak perlu overreaction."(Ichsan Emrald Alamsyah/stevy
maradona/ahmad Islamy Jamil/esthi maharani/muhammad iqbal/ap,&ed: ratna
puspita), Sumber Koran: Republika (19 November 2013/Selasa, Hal. 08)