Jumat, 01 November 2013

Walau Kadang Terlupakan, Kami Tetap Merah Putih



Rabu, 30 Oktober 2013 | 08:50 WIB


Luasnya Indonesia terkadang membuat masyarakat di sekitar perbatasan jarang disapa, bahkan terlupakan oleh para pejabat negeri.

Kesempatan langka berfoto bersama Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan dan Jenderal TNI Moeldoko yang saat itu masih menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) mungkin amat sangat jarang dijumpai oleh seorang remaja asal Atambua ini. Adalah seorang Lia Talae (14) yang saat ini duduk di kelas 2 SMP Atambua tak kuasa mebendung air mata bahagianya.

"Kapan lagi saya bisa dirangkul Bapak dan Ibu Pejabat dari pusat?" ujarnya sambil menangis dipelukan sahabatnya Remy. Kesempatan langka tersebut didapatnya usai bermain dan memimpin gerakan sandi morse menggunakan bendera semafor bersama rombongan dari Pertamina dan TNI AD yang tengah melakukan bakti sosial di Desa Looluna, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kabupaten Belu, NTT pada Juli lalu.

Momen berharga yang didapatkan Lia adalah salah satu perasaan dari sekian banyak perasaan warga yang berhasil terungkap. Kawasan perbatasan Indonesia - Timor Leste, jarak yang jauh dan medan jalan yang didominasi oleh batu serta diapit oleh jurang ternyata tidak menyurutkan masyarakat lain untuk datang dan memadati kegiatan bakti sosial Pertamina dan TNI AD tersebut.

Pada kegitan tersebut Pertamina bersama TNI AD memberikan bantuan dalam bidang kesehatan, pendidikan serta lingkungan. Bentuk bantuan yang disalurkan ini adalah wujud tanggung jawab sosial Pertamina yang khususnya untuk masyarakat daerah perbatasan.

Dalam sambutannya Bupati Belu Joaquin Lopez mengungkapkan bahwa selama ini masyarakat di wilayah perbatasan kerap merasa terlupakan sebagai bagian dari warga negara Indonesia. Bahkan, mereka merasa tidak tersentuh rangkulan tali kasih dari pemerintah.

"Masyarakat menyampaikan kepada saya. Hai Bapak Bupati! Ternyata kami masih menjadi bagian NKRI," ujar Joaquin di sela-sela sambutannya. Letak Desa Looluna yang berada jauh dari Atambua dapat ditempuh dengan jalan darat menggunakan satu-satunya sarana transportasi sebuah bus lokal dengan jadwal sehari sekali. Lama perjalanan yang ditempuh pun memakan waktu selama 3 jam dengan kondisi normal. Namun, jika hujan bisa mencapai 4 hingga 5 jam perjalanan.

Jarangnya sarana transportasi membuat tarif dari bis dari Looluna ke Atambua mencapai Rp 20.000 atau sebaliknya. Sarana transportasi tersebut digunakan oleh masyarakat setempat untuk membawa hasil bumi atau transportasi anak sekolah ke Atambua. Sebagian besar masyarakat Looluna ini berprofesi sebagai petani kebun dan peternak. Kopi, kemiri, lamtoro dan sayuran adalah jenis yang banyak ditanam masyarakat.

Dari Pertamina Untuk Masyarakat Perbatasan

Sebagai sebuah wujud tanggung jawab sosial dari Pertamina di Desa Looluna, Pertamina telah memberikan bantuan pos kesehatan, alat-alat kesehatan, satu unit ambulans, pengobatan massal gratis, buku untuk perpustakaan, alat peraga PAUD dan penanaman 220.000 pohon lamtorogung dan gaharu. "Kami berharap dengan masuknya Pertamina yang menggandeng TNI AD di daerah perbatasan bisa diikuti BUMN dan perusahaan swasta lainnya yang memiliki program CSR," jelas Karen dalam sambutannya.

Karen pun menambahkan bahwa aksi yang dilakukan Pertamina merupakan tanggung jawab sosial dan bukti perusahaan mendampingi masyarakat termasuk di perbatasan. "Jangan pernah merasa bukan bagian dari NKRI. Selama ini kami belum sempat ke sini, tetapi bukan berarti terlupakan dari Jakarta," jelas Karen.

Bakti sosial Pertamina bersama TNI AD merupakan tindak lanjut dari kerja sama kedua belah pihak pada Februari 2013. Kerja sama yang dilakukan tersebut setidaknya telah memberikan bantuan seperti buku perpustakaan dan perlengkapan PAUD untuk 96 lokasi serta beasiswa di propinsi Papua. Bidang kesehatan yang juga masuk dalam progran CSR Pertamina setidaknya telah membangun pos kesehatan desa, bantuan alat-alat kesehatan, mobil ambulans di 15 lokasi, operasi katarak, hernia dan bibir sumbing serta pengobatan massal gratis.

Terakhir untuk bidang lingkungan Pertamina telah menanam 20 juta pohon di 96 lokasi dan merupakan rangkaian program menabung 100 juta pohon. Secara garis besar beberapa program telah terlealisasi dan telah ditinjau Pertamina antara lain di Kabupaten Sanggau, Kabupaten Wamena, Sorong, Atambua, Merauke dan lain-lain. Sedangkan untuk wilayan perbatasan antara lain di Daerah Istimewa Aceh (3 kabupaten), Sumatera Utara (3 kabupaten), Kalmantan Barat (1 kabupaten), Sulawesi Utara (2 kabupaten), Sulawesi Tengah (1 kabupaten), NTB (1 kabupaten), NTT (4 kabupaten) dan Papua Barat (1 kabupaten). (Editor : advertorial)