Rabu, 30 Oktober
2013 | 08:50 WIB
Luasnya
Indonesia terkadang membuat masyarakat di sekitar perbatasan jarang disapa,
bahkan terlupakan oleh para pejabat negeri.
Kesempatan
langka berfoto bersama Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan dan Jenderal
TNI Moeldoko yang saat itu masih menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat
(Kasad) mungkin amat sangat jarang dijumpai oleh seorang remaja asal Atambua
ini. Adalah seorang Lia Talae (14) yang saat ini duduk di kelas 2 SMP Atambua
tak kuasa mebendung air mata bahagianya.
"Kapan lagi
saya bisa dirangkul Bapak dan Ibu Pejabat dari pusat?" ujarnya sambil
menangis dipelukan sahabatnya Remy. Kesempatan langka tersebut didapatnya usai
bermain dan memimpin gerakan sandi morse menggunakan bendera semafor bersama
rombongan dari Pertamina dan TNI AD yang tengah melakukan bakti sosial di Desa
Looluna, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kabupaten Belu, NTT pada Juli lalu.
Momen berharga
yang didapatkan Lia adalah salah satu perasaan dari sekian banyak perasaan
warga yang berhasil terungkap. Kawasan perbatasan Indonesia - Timor Leste,
jarak yang jauh dan medan jalan yang didominasi oleh batu serta diapit oleh
jurang ternyata tidak menyurutkan masyarakat lain untuk datang dan memadati
kegiatan bakti sosial Pertamina dan TNI AD tersebut.
Pada kegitan
tersebut Pertamina bersama TNI AD memberikan bantuan dalam bidang kesehatan,
pendidikan serta lingkungan. Bentuk bantuan yang disalurkan ini adalah wujud
tanggung jawab sosial Pertamina yang khususnya untuk masyarakat daerah
perbatasan.
Dalam
sambutannya Bupati Belu Joaquin Lopez mengungkapkan bahwa selama ini masyarakat
di wilayah perbatasan kerap merasa terlupakan sebagai bagian dari warga negara
Indonesia. Bahkan, mereka merasa tidak tersentuh rangkulan tali kasih dari
pemerintah.
"Masyarakat
menyampaikan kepada saya. Hai Bapak Bupati! Ternyata kami masih menjadi bagian
NKRI," ujar Joaquin di sela-sela sambutannya. Letak Desa Looluna yang
berada jauh dari Atambua dapat ditempuh dengan jalan darat menggunakan
satu-satunya sarana transportasi sebuah bus lokal dengan jadwal sehari sekali.
Lama perjalanan yang ditempuh pun memakan waktu selama 3 jam dengan kondisi
normal. Namun, jika hujan bisa mencapai 4 hingga 5 jam perjalanan.
Jarangnya sarana
transportasi membuat tarif dari bis dari Looluna ke Atambua mencapai Rp 20.000
atau sebaliknya. Sarana transportasi tersebut digunakan oleh masyarakat
setempat untuk membawa hasil bumi atau transportasi anak sekolah ke Atambua.
Sebagian besar masyarakat Looluna ini berprofesi sebagai petani kebun dan
peternak. Kopi, kemiri, lamtoro dan sayuran adalah jenis yang banyak ditanam
masyarakat.
Dari Pertamina
Untuk Masyarakat Perbatasan
Sebagai sebuah
wujud tanggung jawab sosial dari Pertamina di Desa Looluna, Pertamina telah
memberikan bantuan pos kesehatan, alat-alat kesehatan, satu unit ambulans,
pengobatan massal gratis, buku untuk perpustakaan, alat peraga PAUD dan
penanaman 220.000 pohon lamtorogung dan gaharu. "Kami berharap dengan
masuknya Pertamina yang menggandeng TNI AD di daerah perbatasan bisa diikuti
BUMN dan perusahaan swasta lainnya yang memiliki program CSR," jelas Karen
dalam sambutannya.
Karen pun
menambahkan bahwa aksi yang dilakukan Pertamina merupakan tanggung jawab sosial
dan bukti perusahaan mendampingi masyarakat termasuk di perbatasan.
"Jangan pernah merasa bukan bagian dari NKRI. Selama ini kami belum sempat
ke sini, tetapi bukan berarti terlupakan dari Jakarta," jelas Karen.
Bakti sosial
Pertamina bersama TNI AD merupakan tindak lanjut dari kerja sama kedua belah
pihak pada Februari 2013. Kerja sama yang dilakukan tersebut setidaknya telah
memberikan bantuan seperti buku perpustakaan dan perlengkapan PAUD untuk 96
lokasi serta beasiswa di propinsi Papua. Bidang kesehatan yang juga masuk dalam
progran CSR Pertamina setidaknya telah membangun pos kesehatan desa, bantuan
alat-alat kesehatan, mobil ambulans di 15 lokasi, operasi katarak, hernia dan
bibir sumbing serta pengobatan massal gratis.
Terakhir untuk
bidang lingkungan Pertamina telah menanam 20 juta pohon di 96 lokasi dan
merupakan rangkaian program menabung 100 juta pohon. Secara garis besar
beberapa program telah terlealisasi dan telah ditinjau Pertamina antara lain di
Kabupaten Sanggau, Kabupaten Wamena, Sorong, Atambua, Merauke dan lain-lain.
Sedangkan untuk wilayan perbatasan antara lain di Daerah Istimewa Aceh (3
kabupaten), Sumatera Utara (3 kabupaten), Kalmantan Barat (1 kabupaten),
Sulawesi Utara (2 kabupaten), Sulawesi Tengah (1 kabupaten), NTB (1 kabupaten),
NTT (4 kabupaten) dan Papua Barat (1 kabupaten). (Editor : advertorial)