Minggu, 10 November 2013 | 14:21, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR, Tubagus Hasanuddin, menyampaikan rasa duka atas tewasnya sejumlah prajurit TNI dalam peristiwa jatuhnya Helikopter M-17 milik TNI AD di Kalimantan Utara.
Terlepas dari hilangnya nyawa prajurit itu, bagi Hasanuddin, kecelakaan menimbulkan banyak pertanyaan. Karena diperkirakan heli itu jatuh bukan karena kesalahan manusia tapi karena kesalahan alat.
Dia menjelaskan Heli M-17 merupakan jenis heli serbu tapi juga serba guna karena dapat dipakai menjadi alat angkut untuk kebutuhan-kebutuhan mobilitas lainnya. Alat itu hadir di jajaran TNI AD sejak 2011 dan dibeli dari Rusia.
"Mengingat heli ini masih baru dan dibeli dalam progran minimum essential force, maka saya sarankan TNI harus segera melakukan evaluasi menyeluruh pada semua alutsista dalam program MEF itu," jelas Hasanuddin di Jakarta, Minggu (11/10).
Menurutnya, selama ini Indonesia telah mampu membeli alutsista yang modern dan canggih, yang harganya sampai ratusan triliun rupiah.
"Tetapi apakah kita juga telah membeli suku cadang yang cukup? Bagaimana dengan sistem pemeliharaannya termasuk biaya pemeliharaan yang disediakan?" ungkap Hasanuddin.
Selain itu, perlu dievaluasi apakah poin perjanjian pembelian untuk alih teknologi (transfer of technology/TOT) sudah dilaksanakan sehingga para prajurit memiliki kemampuan yang cukup dalam proses itu.
Karenanya, dia berharap Pemerintah segera membuat langkah evaluasi atas semua alutsista baru di jajaran TNI. Menurutnya, apabila sistem pengadaan suku cadang dan sistem pemeliharaannya tidak mendapatkan perhatian serius, tidak mustahil semua alutsista modern Indonesia jadi tak bermanfaat.
"Dan justru bisa membahayakan prajurit sendiri dan tak memiliki daya tangkal lagi dalam sistem pertahanan kita," tegas Politisi PDI Perjuangan itu.
Penulis: Markus Junianto Sihaloho/MUT