Jumat, 08 November 2013

Mantan Kepala Intel: Tak Perlu Ribut Disadap

KAMIS, 07 NOVEMBER 2013 | 13:54 WIB, TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis TNI Laksamana Muda Soleman B. Ponto menilai pemerintah Indonesia tak perlu ribut menanggapi isu penyadapan yang dilakukan Australia. Seharusnya pemerintah lebih tenang dalam merespons dan bertindak. Sebab jika benar tersadap, belum tentu Australia bisa membaca jalur komunikasi Indonesia. "Kalau jalur komunikasi yang penting kan tersandi oleh Lemsaneg (Lembaga Sandi Negara)," kata Ponto saat ditemui di Hotel Borobudur Jakarta, Rabu, 6 November 2013.

Karena itu, upaya berkelanjutan Lemsaneg dalam melakukan enkripsi terhadap jalur-jalur komunikasi penting di pemerintah sangatlah penting. Menurut dia, terlalu susah jika harus menjaga jalur komunikasi agar tak bocor disadap. "Jadi paling efektif adalah Lemsaneg memperkuat enkripsi saja," kata dia.

Selain itu, diperlukan peran masing-masing kementerian dan lembaga. Mereka harus rajin dan aktif membuat sandi dalam percakapan penting mereka. "Kalau pakai sandi khusus kan yang tahu maksudnya ya mereka sendiri, penyadap belum tentu tahu."

Bicara soal penyadapan, mantan Kepala BAIS ini menyebut sudah terjadi sejak dulu. Tidak bakal ada negara atau pihak yang mau mengaku telah melakukan penyadapan. Dengan kata lain, penyadapan merupakan kegiatan biasa dalam dunia intelijen.

Beberapa hari ini Indonesia dihebohkan dengan bocornya aksi penyadapan yang dilakukan oleh Amerika dan Australia. Agen mata-mata elektronik Australia, Defence Signals Directorate (DSD), mencegat komunikasi militer dan Angkatan Laut Indonesia melalui stasiun pendengaran rahasia yang berada di daerah terpencil di Kepulauan Cocos. Adapun Amerika melakukan penyadapan yang dilakukan melalui kantor kedutaan besar yang tersebar di 90 negara, termasuk Indonesia. 

Menurut media Australia, Sydney Morning Herald, edisi 1 November 2013, stasiun pemantauan ini tidak pernah diakui secara terbuka oleh pemerintah Australia atau dilaporkan di media, meskipun beroperasi selama lebih dari dua dekade. 
Lebih terkenal sebagai Shoal Bay Receiving Station, fasilitas di Pulau Cocos di dekat Darwin sebelumnya dilaporkan sebagai bagian penting dari upaya pengumpulan sinyal intelijen Australia yang menargetkan Indonesia. Fasilitas ini meliputi radio pemantauan dan peralatan pencari arah serta stasiun satelit bumi. (INDRA WIJAYA)