Selasa, 12 November 2013

KSAD: Evaluasi Pemanfaatan Mi-17

SEMARANG,   Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Budiman mengatakan, jatuhnya helikopter Mi-17 di Malinau, Kalimantan Utara, menjadi bahan evaluasi pemanfaatan helikopter sesuai daerah. Korban tewas dalam peristiwa itu bertambah satu, menjadi 14 orang.

"Helikopter ini baru. Angkatan Darat sangat memperhatikan perawatan. Tidak ada main-main dengan suku cadang karena risi¬konya nyawa," kata Budiman, di Pangkalan Udara Ahmad Yani, Semarang, Senin (11/11).

Menurut Budiman, total beban yang dibawa Mi-17 yang jatuh, Sabtu lalu, di Long Pujungan, Malinau, tidak lebih dari 2,15 ton. Padahal, kapasitas maksimum helikopter itu 3 ton.

Tim investigasi, kata Budiman, masih bekerja hingga belum dapat disimpulkan penyebab jatuhnya helikopter itu. Peristiwa ini menjadi bahan evaluasi TNI AD dalam pemanfaatan pesawat dan helikopter. "Kami akan konsultasi dengan pihak Rusia mengenai daerah yang memungkinkan untuk operasi Mi-17. Ada 12 helikopter Mi-17 milik TNI AD," tutur Budiman.

Panglima Kodam VI Mulawarman Mayor Jenderal Dicky Wainal Usman mengatakan, perlu dipastikan lagi apakah helikopter Mi-17 layak dan sesuai dengan medan jelajah perbatasan pedalaman atau harus memakai helikopter yang ringan?

Selama ini, Mi-17 banyak dipakai untuk pemantauan perbatasan dan distribusi logistik ke pos perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Utara.

Dicky punya pengalaman kurang mengenakkan dengan Mi-17. Karena helikopter itu mengalami gangguan mesin, ia batal memimpin upacara Hari Kemerdekaan Ke-68 RI di perbatasan Sebatik Nunukan, Kalimantan Utara, 17 Agustus lalu. Namun, Mi-17 yang mengalami gangguan mesin itu bukan yang jatuh Sabtu lalu.

Korban tewas
Korban tewas dalam jatuhnya Mi-17 bertambah satu hingga menjadi 14 orang dari sebelumnya 13 orang. Ini setelah salah satu penumpang, yaitu Desem Njuk, kemarin sekitar pukul 18.10 Wita, meninggal dunia. "Korban mengalami luka bakar dan diduga juga gagal ginjal," kata Kepala Penerangan Kodam VI Mulawarman Kolonel Legowo.

Komandan Pusat Penerbangan Angkatan Darat Brigadir Jenderal Afifuddin mengatakan, identifikasi jenazah membutuhkan waktu hingga dua minggu. Saat ini, tim sedang mengambil sampel DNA dari anggota keluarga korban.

Keluarga Sersan Kepala Aan Prayitno, salah satu korban, menggelar doa bersama agar evakuasi hingga pemakaman korban berjalan lancar. Syahrir M (55), ayah Letnan Satu Agung Budiarjo, korban lainnya, mengatakan, telah menyiapkan pemakaman. (EDN/PRA/ENG/N1K/UTI), Sumber Koran: Kompas (12 November 2013/Selasa, Hal. 05)