SELASA, 19
NOVEMBER 2013 | 15:16 WIB
TEMPO.CO,
Jakarta - Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Budiman mengatakan, jatuhnya
helikopter MI-17 di Malinau, Kalimantan Utara, disebabkan oleh hantaman angin
kuat. Ini kesimpulan dari hasil investigasi tim Budiman di lokasi kejadian.
"Situasi angin
di lokasi tak pasti. Sebelum kejadian, angin normal, tapi tiba-tiba kencang
sekali," kata Budiman kepada wartawan di Balai Kartini, Jakarta, Selasa,
19 November 2013.
Budiman
mengingatkan bahwa helikopter MI-17 jatuh bersamaan dengan bencana topan Haiyan
yang melanda Filipina, Sabtu, 9 November 2013. Menurut dia, angin besar yang
menerpa helikopter MI-17 merupakan bagian dari badai Haiyan.
"Lokasi
Malinau masih berada sedikit di ujung pergerakan badai," kata Budiman.
Meski begitu, dia tetap akan melakukan evaluasi terhadap penerbang TNI Angkatan
Darat. Budiman ingin seluruh penerbang punya kemampuan yang tinggi saat
bertugas.
Selain itu,
Budiman juga bakal memanggil pihak Rosoboron, eksportir alat sistem utama
persenjataan Rusia. Dia ingin mengajak Rusia turun tangan membahas kelemahan
yang dimiliki helikopter MI-17. "Agar ditemukan solusi, biar tidak terjadi
lejadian serupa," kata dia.
Jenderal Budiman
mengatakan helikopter MI-17 punya kelemahan yang berisiko tinggi. Helikopter
buatan Rusia ini tak boleh mendapat hantaman angin yang kencang saat hendak
mendarat. "Khususnya angin besar dari arah belakang dan kanan sisi
belakang," kata dia.
Sabtu, 9
November 2013, helikopter Komando Daerah Militer VI Mulawarman jenis MI-17
jatuh di Malinau. Helikopter TNI ini diduga membawa 19 penumpang, terdiri atas
personel Kodam dan warga sipil. Sebanyak 14 penumpang diduga tewas dan lima
lainnya luka-luka. (INDRA WIJAYA)