Selasa, 12 November 2013 | 6:31, [SEMARANG] Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Budiman mengatakan, hasil penyelidikan penyebab jatuhnya helikopter MI-17 di Kalimantan Utara paling cepat pekan depan sudah bisa diketahui.
”Kami usahakan secepatnya pekan depan atau paling lambat dua pekan sudah bisa diketahui penyebab jatuhnya helikopter MI-17,” kata Budiman kepada wartawan di di Pangkalan Udara Utama TNI AD (Lanumad) A Yani Semarang, Senin (11/11).
Saat ini, tim TNI AD dan Kodam VI/Mulawarman masih melakukan penyelidikan serta mengumpulkan bukti-bukti di lapangan.
Untuk menganalisa dan menyimpulkan penyebab jatuhnya helikopter MI-17 buatan Rusia tersebut, TNI AD akan mengundang ahli-ahli penerbangan.
”Kalau sekarang belum bisa diketahui secara pasti apa penyebabnya,” tandas mantan Pangdam IV/Diponegoro ini.
Budiman menampik tudingan penyebab jatuhnya MI-17 di perbatasan Malinau, Kalimantan Utara dengan Serawak, Malaysia yang menyebabkan 13 orang tewas karena kelebihan penumpang.
Saat jatuh pada Sabtu (9/11), helikopter mengangkut sebanyak 19 orang penumpang, tujuh anggota TNI AD dan 12 masyarakat sipil, serta material bangunan.
Menurut KSAD, helikopter MI-17 memiliki kapasitas muatan sekitar 3.000 kilogram, sedang saat kejadian total muatan diperkirakan sekitar 2.100 kilogram.
Muatan itu terdiri dari 450 kilogram meterial, 1.444 kilogrom bobot penumpang (perkiraan 19 orang dikalikan bobot tiap orang 79 kilogram), serta 300 liter bahan bakar minyak (BBM) avtur cadangan seberat 300 kilogram. ”Jadi jatuhnya pesawat helikopter MI-17 bukan karena kelebihan beban,” tandasnya.
KSAD lebih lanjut menyatakan dari hasil keterangan saksi yang selamat dan Pangdam V/Mulawarman, penyebab jatuhnya helikopter karena down drop, terkena hempasan angin sangat kencang.
Ketika itu helikopter MI-17 sudah hendak mendarat dan berada pada ketinggian sekitar 10 meter dari helipad, secara tiba-tiba ada angin kencang, sehingga menjadi oleng.
”Baling-baling mengenai pohon, mengakibatkan bada helikopter terjatuh ke dalam jurang yang dalam dan meledak karena di dalamnya ada sekitar 300 kilogram cadangan BBM avtur,” ungkap Budiman.
Mengenai proses evakuasi 13 orang korban, Komandan Pusat Penerbang TNI Angkatan Darat (Danpus Penerbad) Brigjen TNI. Moch. Afifuddin dalam kesempatan sama menjelaskan jenazah 13 korban sudah bisa dievakuasi semua.
Meski demikian, lanjut dia, belum bisa diserahkan kepada pihak keluar masing-masing, karena masih dilakukan identifikasi oleh tim forensik Kodam VI/Mulawarman.
”Untuk mencocokan jenazah, maka pihak keluarga akan dilakukan tes DNA. Mudah-mudah dua pekan sudah bisa dipulangkan,” ujar dia.
Sedang untuk enam orang korban yang selamat, kata Afifuddin, dua anggota TNI yakni Sertu. Joko Karsono dirujuk ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta dan Praka. Tigor di Rumah Sakit Tentara (RST) Semarang.
”Empat warga sipil, Mendan, Albert, Fredi, dan Njuk dirawat di Rumah Sakit Tarakan,” paparnya.
Sementara itu, Direktur PT Asabri Adam R Damiri menyerahkan santunan uang kematian kepada ahli waris empat anggota TNI yang gugur dalam jatuhnya helikopter MI-17 masing-masing senilai Rp100 juta.
Empat anggota TNI itu, yakni Lettu CPN. Agung B (capten pilot), Lettu CPN. Rochmat (kopilot), Kapten CPN. W . Romdan, dan Serka. A.Prayitno (mekanik).
Sedangkan TNI AD memberikan santunan kematian masing-masing senilai Rp200 juta,
”Kepada anggota yang gugur, TNI AD memberikan bantuan dua kali lipat dari PT Asabri,” ujar Jenderal TNI Budiman. [142]