Tue,19 November
2013 | 00:58
BANDUNG, TIMEX
-- Perang cyber (cyber war)dewasa ini menjadi isu yang sangat strategis, serta
menjadi perhatian serius semua bangsa di dunia. Hal ini terjadi karena dunia
lagi dikuasai teknologi.
Cyber secara
sederhana dapat diartikan sebagai jaringan komputer atau lebih dikenal dengan
nama internet. Semua orang di dunia saat ini, bisa mengakses yang namanya
internet. Adapun tujuan pemanfaatkan internet bisa bermacam-macam dan dilakukan
negara, kelompok, ataupun perorangan.
Brigjen TNI
(Purn) Dr Paulus Prananto MSc menyampaikan cyber war dahulunya dilakukan dengan
mencuri data (hacking) atau meretas agar situs atau website tidak bisa diakses.
Namun saat ini jelas Paulus, perang cyber dilakukan dengan cara serangan pada
keyboard komputer sehingga tidak bisa memunculkan karakter, termasuk tidak bisa
berfungsi padahal tidak ada alat yang rusak.
“Beberapa kasus
yang terjadi saat ini misalnya jatuhnya helikopter MI-17 serta Sukhoi 100
buatan Rusia. Apakah kecelakaan kedua peralatan ini akibat dorongan angin
ataukah alat kontrolnya yang tidak berfungsi. Jelas bahwa semua peralatan yang
digunakan itu menggunakan sitim digital SCADA,” ujar Paulus saat kegiatan Apel
Danrem-Dandim Secapa Angkatan Darat, Bandung, Sabtu 16 November.
Menurut dia,
perang cyber saat ini harus bisa dihadapi secara konvensional. Saat ini, lanjut
dia, beberapa negara maju sudah berusaha mengantisipasi adanya perang cyber,
yang terus menjadi-jadi seperti Amerika Serikat, China dan Singapura, termasuk
beberapa negara lainnya.
Oleh karena itu,
sudah saatnya TNI menjadi sadar bahwa perang cyber sudah menjadi dimensi perang
baru, dan bukan lagi perang darat, laut, dan udara seperti dahulu kala. “TNI
saat ini suka atau tidak, siap atau tidak harus menghadapi adanya perang
cyber,” tutur Paulus.
Sementara Kepala
Sub Dinas Pembinaan Fungsi (Kasubdisbinfung) Dinas Informasi dan Pengolahan
Data, Kolonel Czi Budiman SP mengaku, peran informasi teknologi (IT) harus
dilakukan dengan memanfaatkan media monitoring, analisis konsep dalam
merumuskan cara yang paling tepat, guna penyelenggaraan bimbingan teritorial
(Binter).
“Semua tugas
monitoring saat dikerjakan, harus memanfaatkan IT. Hal ini jelas mencerminkan
adanya pemanfaatan IT yang tepat guna. Jelas sudah, semua kegiatan yang
dilakukan ini selalu memanfaatkan aplikasi dan pada endingnya mendukung data
yang akurat serta valid,” ujar Budiman. (fmc/die)