Kamis, 21
November 2013 01:53 WIB
Samarinda (ANTARA
News) - Sebanyak 13 jenazah korban jatuhnya heli TNI Angkatan Darat di Kampung
Latang, Desa Lembulan, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, pada Sabtu (9/11)
berhasil diidentifikasi tim DVI (disaster victim identification) Polda
Kalimantan Timur.
Kepala
Penerangan Kodam VI/Mulwarman Kolonel (Inf) Legowo WR Jadmiko, dihubungi dari
Samarinda Rabu malam menyatakan, ke-13 jenazah dari 14 korban tewas jatuhnya
heli TNI jenis MI-17 itu selanjutnya akan diserahkan tim DVI ke Pangdam Pangdam
VI Mulawarman Mayjen TNI Dicky Wainal Usman pada Kamis (21/11) sekitar pukul
06. 30 Wita.
"Hari ini
(Rabu) 13 jenazah korban tewas heli berhasil diidentifikasi dan Kamis jenazah
akan diserahkan tim DVI ke Pangdam VI Mulawarman, selanjutnya akan diserahkan
ke keluarga masing-masing," kata Legowo.
Ke-13 jenazah
yang akan diserahkan ke keluarganya itu, lima di antaranya merupakan personel
TNI dan delapan orang warga sipil.
Jenazah korban
helikopter MI-17 tersebut, tujuh di antaranya akan dibawa ke luar Kalimantan
Timur, yakni Lettu CPN Agung Budiarjo akan dibawa ke Makassar, Sulawesi
Selatan, Kapten CZI Sardi akan dibawa ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Empat jenazah
akan diterbangkan ke Semarang, Jawa Tengah, dua di antaranya warga sipil yakni
Desi Priyanto dan Tumin Wahyudi serta dua personel TNI masing-masing Lettu CPN
Rohmat dan Serja Aan.
Satu jenazah
personel TNI lainnya yakni, Kapten CPN Wahyu Ramdan akan diterbangkan ke
Bandung, Jawa Barat.
Sementara, enam
jenazah warga sipil yang akan dipulangkan ke Desa Apauping yakni, Bilung
Lengkang, Lingling, AsunSam, Gring Bilung dan Hirodis.
Keenam korban
tewas dari Desa Apauping itu diterbangkan menggunakan heli MI-17 dan akan
diantar langsung Pangdam VI Mulawarman Mayjen TNI Dicky Wainal Usman, Komandan
Korem 091 Aji Suryanata Kesuma, Bupati Malinau serta Kapendam menggunakan heli
Bell 412.
Sementara, tujuh
jenazah yang akan diterbangkan ke luar Kaltim dan Kaltara akan diantar Komandan
Satuan Penerbangan Angkatan Darat.
"Pangdam
bersama Danrem dan Bupati sendiri yang akan mengantar keenam jenazah ke Desa
Apauping sekaligus menyerahkan santunan masing-masing Rp55 juta kepada keluarga
korban," katanya.
"Proses
identifikasi memakan waktu selama 11 hari karena dibutuhkan akurasi dan juga
terkait kondisi jasad korban," kata Legowo.
Sebelum
dilaporkan jatuh, helikopter milik TNI AD jenis MI-17 itu, berangkat dari Kota
Tarakan pada Sabtu pagi (9/11) sekitar pukul 09.00 Wita dengan mengangkut enam
penumpang, tiga di antaranya warga sipil.
Sekitar pukul
10.00 Wita, heli tersebut singgah di Desa Apauping untuk mengambil 10 warga
yang akan diperbantukan membangun Pos Pamtas Malinau-Serawak.
Pada pukul 10.20
Wita, heli tersebut meninggalkan Desa Apauping dengan mengangkut 19 orang
beserta logistik menuju Pos Pamtas Malinau-Serawak.
Heli tersebut
tersebut kemudian dilaporkan jatuh di dekat lapangan bola Pos Pamtas
Malinau-Serawak.
Akibat kejadian
itu, 13 orang dilaporkan meninggal sementara enam lainnya selamat.
Namun, setelah
bertahan selama tiga hari yakni pada Senin (11/11) akhirnya salah satu korban
dari enam orang selamat dalam kecelakaan helikopter bernama Mendan Bilung
akhirnya meninggal dunia.
Mendan meninggal
karena luka bakar 90 persen yang dialaminya pasca kecelakaan helikopter
tersebut. (A053/KWR & Editor: B Kunto
Wibisono)