Rabu, 09 Oktober 2013

Roket R-Han 122, Pionir Roket Dalam Negeri



PERKEMBANGAN-industri pertahanan dalam negeri tidak hanya merambah kendaraan dan peralatan tempur saja, tetapi juga industri roket yang berawal pada tahun 2007 saat Kementerian Riset dan Teknologi membentuk Tim D230 untuk mengembangkan roket berdiameter 122 mm dengan jarak jangkau 20 kilometer.

Prototipe roket D-230 ini dibeli Kementerian Pertahanan dan Keamanan untuk memperkuat program 1.000 roket. Pemerintah membentuk Konsorsium Roket Nasional dengan ketua konsorsium PT Dirgantara Indone-sia (DI), sebagai wadah memasuki bisnis massal yang sudah ada sejak 2005. Namun, baru dikembangkan roket D-230 pada 2007 hingga terbentuk konsorsium tersebut.

Konsorsium itu beranggotakan sejumlah industri strategis yang mengerjakan bermacam komponen roket. Di dalam konsorsium terdapat PT Pindad yang mengembangkan launcher dan firing system dengan menggunakan platform GAZ, Nissan, dan Perkasa yang sudah dimodifikasi dengan laras 16/warhead dan mobil launcher (hulu ledak). Kemudian juga PT Dahana menyediakan propellant, PT Krakatau Steel mengembangkan material tabung dan struktur roket. PT Dirgantara Indonesia membuat desain dan menguji jarak terbang. Pendukung lain dalam konsorsium adalah Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) turut menyediakan alat penentu posisi jatuh roket. ITB menyediakan sistem kamera nirkabel untuk menangkap dan mengirim gambar saat roket tiba di sasaran.

Sejumlah perguruan tinggi lainnya, yakni UGM, ITS, Universitas Ahmad Dahlan. dan Universitas Suryadharma, ikut terlibat di dalam pengembangan roket tersebut. Nama D-230 kemudian diganti menjadi R-Han 122, karena sudah dibeli Kementerian Pertahanan. Sistem isolasi termal untuk membuat roket militer tidaklah mudah. Para periset beberapa kali melakukan uji coba hingga menemukan kesempurnaan pada roket R-Han 122 itu.

Pada 2003 para periset menggunakan material kritis dengan ketebalan baja 1,2 mm, tetapi produk justru cepat jebol. Kemudian para peneliti mulai memperbaiki sistem isolasi termal. Saat roket meluncur sempurna dibutuhkan suhu 3.000 derajat Celcius. Pembakaran dengan menghasilkan suhu tinggi bisa berakibat fatal apabila sistem isolasi termal tidak bekerja dengan baik. Karena itu, di ruang isolasi termal diberi karet atau polimer yang bisa menghambat panas. Untuk material roket, dipilih bahan yang ringan, yakni alimunium, karena bisa menghambat panas. Perubahan-perubahan itu ternyata menghasilkan roket yang tidak pernah rusak saat diujicobakan.

Sebagaimana dikatakan oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dalam acara peluncuran roket, roket R-Han memiliki kaliber 122 mm ini memiliki jangkauan 14 sampai 15 kilometer dengan kecepatan 1,8 Mach. "Untuk menembak sasaran dengan jangkauan 14-15 kilometer, roket R-Han 1210 hanya butuh waktu sekira 63 detik," tandas Purnomo. Roket R-Han merupakan roket balistik tanpa kendali yang digunakan dengan cara dilepaskan dari kendaraan peluncur yang memiliki berat lima ton. Roket ini memiliki panjang tabung motor 1290 mm. Saat ini roket R-Han 122 milimeter telah dioperasikan oleh Arteleri Medan AD dan Arteleri Medan Marinir AL. (nan/dari berbagai sumber), Sumber Koran: Pelita (09 Oktober 2013/Rabu, Hal. 16)